Translate

Minggu, 13 September 2020

Ramalan Dan Hidup Sekarang

RAMALAN DAN HIDUP SEKARANG
(Bhante Sri Pannyavaro Mahathera)

Banyak orang ingin mengetahui apa yang terjadi pada hari depan bagi kehidupannya. Oleh karenanya ramalan tentang hari depan menjadi sangat menarik.

Pada waktu Pangeran Siddhartha masih berusia 5 hari ayah Beliau, Raja Suddhodana, mengundang 108 peramal untuk meramalkan hari depan Sang Pangeran. Dikisahkan 100 peramal berdiam diri karena sulit meramalkan yang akan terjadi kemudian bagi kehidupan Sang Bayi. Tujuh peramal mengangkat dua jarinya dan meramalkan bahwa ada dua kemungkinan: Pangeran akan menjadi raja dunia atau mencapai pencerahan sempurna sebagai pertapa. Tetapi, hanya satu peramal termuda yang menaikkan hanya satu jarinya dengan menyatakan bahwa Pangeran pasti mencapai pencerahan sempurna menjadi Buddha, Pangeran tidak akan menjadi cakrawarti (raja dunia). Peramal termuda yang memastikan Sang Pangeran menjadi Buddha itu bernama Koṇḍañña.

Pada waktu Koṇḍañña kemudian mengetahui bahwa ternyata benar Pangeran Siddhartha meninggalkan istana untuk menjadi pertapa di usia 29 tahun, maka Peramal Koṇḍañña bersama dengan 4 temannya, anak-anak di antara 107 peramal yang diundang ke istana dulu menemani Pangeran Siddhartha yang bertapa amat keras di hutan Uruvelā. Mereka ingin mendapatkan ajaran paling awal nanti setelah Pangeran mencapai pencerahan sempurna.

Akan tetapi, setelah Pertapa Siddhartha meninggalkan cara bertapa ektrem yang nyaris membawa kematian itu dengan mengambil makanan sederhana untuk memulihkan kondisi badan, Koṇḍañña bersama 4 temannya meninggalkan Beliau. Mereka berpendapat bahwa Pertapa Siddhartha sudah gagal.

Peramal Koṇḍañña tidak konsisten dengan ramalan sendiri yang memastikan bahwa Sang Pangeran pasti menjadi Buddha. Tetapi, ramalan Koṇḍañña itu memang terbukti benar. Pangeran Siddhartha mencapai Pencerahan Sempurna menjadi Buddha pada usia 35 tahun.

Ternyata ada peramal yang bisa meramalkan dengan jitu kehidupan seseorang atau peristiwa yang akan terjadi, akan tetapi peramal itu sendiri kemudian tidak yakin bahwa ramalannya benar sebelum peristiwanya terjadi.

Ada juga para peramal yang sangat yakin akan ramalan kejadian-kejadian di hari kemudian tetapi ternyata ramalannya itu tidak pernah terjadi. Para peramal yang ramalannya tidak terbukti tersebut kemudian bersyukur bahwa peristiwa buruk yang akan terjadi itu bisa dihindari, tidak sampai terjadi. Mereka menyatakan berlega hati.

Pada masa pandemi COVID-19 ini banyak ramalan tentang berbagai peristiwa yang akan terjadi. Ada ramalan yang dikaitkan dengan prakiraan sain dan ada ramalan yang sepenuhnya metafisika. 

Perlu dipahami bahwa ada dampak kejiwaan (psikologis) dan juga dampak sosial atas ramalan-ramalan tersebut. 

Apabila diramalkan bahwa peristiwa baik akan terjadi, maka timbullah sukacita pada diri seseorang atau kelompok masyarakat. Tetapi, setelah lama ditunggu-tunggu ramalan itu tidak kunjung tiba, maka timbullah kekecewaan yang hebat. Bukankah harapan yang tidak terjadi adalah sebab penderitaan.

Namun sebaliknya, apabila ramalan itu buruk. Sebelum kejadian yang buruk itu terjadi, mungkin seseorang bisa bersiap-siap meskipun ala kadarnya, akan tetapi berhari-hari atau berbulan-bulan bahkan lebih sebelum petistiwa buruk terjadi, pikiran seseorang atau masyarakat sudah dicengkeram dulu oleh ketakutan. Kecuali, yang menerima ramalan buruk itu adalah orang suci yang pikirannya sudah bersih dari kotoran (kilesa), ia tidak akan was-was sedikit pun.

Apabila kemudian ternyata ramalan buruk itu tidak terjadi, dan disyukuri oleh semuanya baik peramal maupun yang diramal, ramalan buruk yang tidak terjadi itu pun sudah menciptakan rasa takut pada diri seseorang atau kelompok masyarakat untuk waktu cukup lama. 

Sesungguhnya menyebabkan rasa takut pada seseorang adalah perilaku tidak terpuji.

Para peramal harus mempertimbangkan kondisi psikologis masyrakat. Sampaikan ramalan yang mungkin diyakini pasti benar untuk peristiwa yang buruk ataupun yang menyenangkan dengan kalimat yang bijak. Tidak sembrono bercerita.

Setiap orang hendaknya berusaha berbuat  kebaikan dan juga berusaha memberikan dorongan semangat kepada yang lain untuk berbuat baik juga, kapan pun, tidak bergantung pada ramalan.

Berbuat baik itu adalah: memberikan bantuan kepada yang memerlukan, menjaga diri sendiri jangan sampai berbuat buruk, dan berusaha membersihkan pikiran dengan meditasi. Selalu siap menerima perubahan apa pun.

Guru Agung Buddha Gotama menyatakan bahwa:

Yang lampau memang sudah lewat, jangan dirisaukan.
Yang akan datang benar-benar belum terjadi , jangan dikhawatirkan.

Hiduplah sekarang dengan kesadaran dan kebijaksanaan (sati sampajaññā)