Translate

Senin, 29 Agustus 2016

Jadilah Pelita

Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita.

Orang buta itu terbahak berkata: “Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok.”
Dengan lembut sahabatnya menjawab, “Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu.”
Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta.
Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!”
Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta.
Kali ini si buta bertambah marah, “Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!”
Pejalan itu menukas, “Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!”
Si buta tertegun..
Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang ‘buta’, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta.”
Si buta tersipu menjawab, “Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya.”
Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita.
Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, “Maaf, apakah pelita saya padam?”
Penabraknya menjawab, “Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama.”
Senyap sejenak.
secara berbarengan mereka bertanya, “Apakah Anda orang buta?”
Secara serempak pun mereka menjawab, “Iya.,” sembari meledak dalam tawa.
Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.
Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta.
Timbul pikiran dalam benak orang ini, “Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka.”
Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).
Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan “pulang”, ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.
Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk “membuta” walaupun mereka bisa melihat.
Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.
Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.
Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.
Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.
Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.
Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman. Pkiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.

Penjara Pikiran

Penjara Pikiran

Seekor belalang lama terkurung dalam satu kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya, dengan gembira dia melompat-lompat menikmati kebebasannya.
Di perjalanan dia bertemu dengan belalang lain, namun dia heran mengapa belalang itu bisa lompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.
Dengan penasaran dia bertanya,
“Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh dariku,padahal kita tidak jauh berbeda dari usia maupun ukuran tubuh?” Belalang itu menjawabnya dengan pertanyaan,
“Dimanakah kau tinggal selama ini? Semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan.”
Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang telah membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.
Sering kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah juga mengalami hal yang sama dengan belalang tersebut. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan beruntun, perkataan teman,tradisi, dan semua itu membuat kita terpenjara dalam kotak semu yang mementahkan potensi kita.
Sering kita mempercayai mentah-mentah apa yang mereka voniskan kepada kita tanpa berpikir dalam bahwa apakah hal itu benar adanya atau benarkah kita selemah itu? Lebih parah lagi, kita acap kali lebih memilih mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri.
Tahukah Anda bahwa gajah yang sangat kuat bisa diikat hanya dgn tali yang terikat pada pancang kecil? Gajah sudah akan merasa dirinya tidak bisa bebas jika ada “sesuatu” yang mengikat kaki nya, padahal “sesuatu” itu bisa jadi hanya seutas tali kecil…
Sebagai manusia kita mampu untuk berjuang, tidak menyerah begitu saja kepada apa yang kita alami. Karena itu, teruslah berusaha mencapai segala aspirasi positif yang ingin kita capai. Sakit memang, lelah memang,tapi jika kita sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar. Pada dasarnya, kehidupan kita akan lebih baik kalau kita hidup dengan cara hidup pilihan kita sendiri, bukan dengan cara yang di pilihkan orang lain untuk kita.



Sabtu, 20 Agustus 2016

Jatuh Cinta & Membangun Cinta

"JATUH CINTA & MEMBANGUN CINTA"

Mengapa sepasang insan menikah?
Krn mereka jatuh cinta.

Apakah yg menyebabkan rumah tangga mereka bahagia di kemudian hari?
Krn mereka terus membangun cinta.

Jatuh cinta itu gampang, sebentar saja bisa terjadi. Tapi membangun cinta itu susah, perlu waktu seumur hidup.

Mengapa jatuh cinta gampang?
Krn saat itu mereka buta terhadap keburukan2 pasangannya.

Tapi setelah memasuki pernikahan, tak ada lagi yg bisa ditutupi.
Di dlm menjalani kehidupan bersama, semua belang akan tersingkap...

Inilah letak perbedaan antara jatuh cinta & membangun cinta: jatuh cinta terjadi dlm keadaan menyukai. Namun membangun cinta diperlukan dlm keadaan jengkel, dlm situasi apapun...

Dlm keadaan spt itu, cinta bukan lagi berbentuk pelukan, melainkan berwujud sebagai pengertian dan beritikad baik utk menyelesaikan konflik & ber-sama2 mencari solusi yg berlandaskan kasih & firman TUHAN.

Jgn mencari kesalahan, melainkan carilah pemecahan.
Cinta yg dewasa tdk menyimpan uneg2, walaupun ada beberapa hal peka yg harus bisa dibicarakan, antara lain: masalah keuangan, orangtua dan keluarga atau masalah seks. Namun sepeka apapun masalahnya, itu perlu dibicarakan agar kejengkelan jgn sampai terus berlarut.

Syarat utk berhasilnya pembicaraan adalah masing2 harus bisa saling menjaga perasaan pasangannya.

Jika masing2 hanya mementingkan perasaannya sendiri, mereka akan saling melukai. Dan jika hal ini dibiarkan terjadi, mereka akan saling memusuhi dan rumah tangga sudah bukan lagi spt surga melainkan berubah mjd spt neraka.

Apakah kondisi ini bisa diperbaiki? Tentu saja bisa!

Saat masing2 mengingat komitmen awal mereka dulu, apakah dulu ingin mencari teman hidup atau musuh hidup? Kalau memang mencari teman hidup kenapa sekarang malah bermusuhan?

Mencari pasangan hidup memang dimulai dgn jatuh cinta. Tetapi sesudahnya, porsi terbesar adalah membangun cinta.

Cinta yg dewasa adalah cinta yg bisa saling menghargai, memahami, mengalah, mendukung, mengoreksi, mendengar, menerima, setia, bertenggang rasa & bertanggung jawab.




Kamis, 11 Agustus 2016

Kakek Tua dan Seorang Pemuda

Suatu ketika pada suatu desa ada pemuda yang selalu dilanda masalah sehingga ia bingung ‘kenapa aku selalu dilanda masalah’, apa salah aku, hidup ini tidak adil, mengapa aku yang dilanda terus menerus………!!!

Wajah yang murung tampa ada senyuman, tidak ada lagi semangat untuk hidup membuat pemuda ini tidak gairah seakan-akan hidup tidak berarti lagi. Sampai pada saat ia pergi kehutan dan ia tersesat, ia bingung mau kemana tanpa ia sadari ia sampai pada sebuah gubuk kumuh. Disana ia melihat seorang kakek yang sudah tua renta, lalu ia bertanya ”kakek kenapa ada disini dan sedang melakukan apa?” anak muda disini rumah kakek dan kakek sekarang sedang menyiapkan makan malam, terus kamu ngapain disini? Tanya balik si kakek. Kakek aku nyasar kek, aku tidak tahu jalan pulang. Anak muda kenapa wajah kamu kelihatan sangat murung ada masalah apa? Mungkin kakek bisa membantu kamu, kakek aku binggung kenapa aku selalu dilanda masalah yang sangat berat! Aku merasa sudah muak dengan kehidupan ini kek. O....jadi begitu anak muda, ya sudah.

 Sekarang ambilkan kakek air segelas dan segegam garam. Setelah anak muda itu mengambil air dan garam kakek itu menyuruh anak muda itu untuk memasukan garam kedalam air dan minumlah kata kakek, bagai mana rasanya? Pahit kek. Sekarang masukan juga segegam garam itu kedalan telaga, coba rasakan bagaimana rasanya? Tawar kek jawab anak muda itu dengan lugunya. anak muda begitu juga masalah besar atau kecilnya masalah tergantung bagai mana kau menyikapinya, seperti telaga yang penuh air bisa menetralisir asinnya garam, begitu juga bila kamu melapangkan dadamu maka masalah yang kamu angap besar ternyata bisa kamu lewati dengan mudah. Tapi bila kamu mempunyai pandangan sempit maka semua masalah kamu angap besar yang sangat membebani kamu seperti gelas itu. Jadi lapangkanlah dadamu setiap kamu mengadapi masalah, pasti akan bisa kamu selesaikan, sekarang pulanglah ikuti jalan ini pasti kamu akan sampai rumah.
 Akhirnya anak muda itu sadar dan tercerahkan dan pulang dengan senyuman dari saat itu ia selalu bisa mengadapi masalahnya dan hidup penuh kebahagiaan.




Rabu, 10 Agustus 2016

Kisah Serigala berhati Domba

Pada suatu sore terjadi gempa di sebuah desa terpencil. Pohon tumbang, ratusan keluarga kehilangan tempat tinggal, beberapa sawah menjadi sungai, dan beberapa gua menjadi bukit. Bencana itu mengantarkan seekor anak serigala ke kandang domba. Induk domba yang baru beranak menganggap anak serigala itu sebagai anaknya. Namun wajah serigala itu memang sangat berbeda. Domba berwajah serigala tersebut diberi nama Midas.

Seiring waktu berlalu, Midas diasuh induk domba dengan penuh kasih sayang, sama seperti saudaranya-saudaranya yang lainnya. Midas disusui dan diselimuti oleh bulu induknya setiap malam tiba, Midas diajarkan bagaimana mencari sayur untuk mengenyangkan perutnya. Induk domba menanamkan kepada Midas bahwa ia adalah domba. Midas selalu berpikir bahwa ia adalah domba yang lemah, tak berdaya, dan selalu diburu. Lingkungan Midas pun memperlakukannya sebagai domba yang selalu diburu yang perlu berlari dan bersembunyi.

Seringkali Midas terkagum dengan serigala yang dianggapnya hebat karena bisa mengalahkan semua domba. Sering ia bermimpi mau melawan serigala karena merasa kuat dan bisa berlari kencang. Namun, ibunya selalu mengatakan bahwa Midas adalah binatang yang sangat lemah. Saudara-saudaranya selalu mengejek ketika mendengar mimpi Midas. Semua kawanan domba merendahkannya karena mimpi Midas.

Suatu hari keluarga Midas dikejar segerombolan serigala. Beberapa domba tertangkap oleh serigala, termasuk Midas. Serigalapun melahap domba satu persatu, kecuali Midas.

“Tunggu… binatang apakah engkau ini?” lolong serigala tua kepada Midas.

Midas sangat ketakutan, “Aku domba, tolong jangan makan aku.”

Serigala tua membentaknya, “Engkau bukan domba!!! Engkau bagian dari kami, serigala!!!”

Midas diseret para serigala ke tepi sungai, “Coba engkau lihat ke sungai! Lihat wajahmu baik-baik!!!” Kata serigala Tua.

Midas bercermin ke sungai, tertegun dan membolak balik badan. Midas menjawab, “Wajah dan tubuhku memang mirip serigala, tetapi kata ibuku wajahku saja yang mirip serigala. Aku tetaplah domba.”

Serigala tua marah dan melolong dengan keras, “Oke, Midas, sekarang buka mulutmu yang besar, mulailah melolong.”

Midas melakukannya dan mulailah dia percaya. Midas berlari, melolong dan bergulat dengan serigala.

Tercapailah impian midas untuk bergulat dengan serigala. Midas sungguh jadi serigala yang kuat dan perkasa. Midas menemukan dirinya tidak selemah yang diajari domba-domba untuk mencapai impiannya. Hanya satu yang midas belum terbiasa, memakan daging domba.



100 Kata Bijak China Terbaik

Ketika kita melihat orang-orang dengan karakter yang bertentangan dengan kita, kita seharusnya melihat dan menilai karakter diri kita sendiri. ~ Confucius, Peribahasa Cina ~

“Kesederhanaan membawa kepuasan dan semua hal akan tumbuh dengan baik, dalam ketiadaan akan sesuatu yang berantakan dan rumit”. ( pepetah Cina Dr.Maoshing Ni)

Lestarikan sumber daya anda, dan jangan biarkan orang lain melakukan apa yang mampu anda lakukan sendiri ! ( pepetah Cina Dr.Maoshing Ni)

Men’s natures are alike, it is their habits that carry them far apart. Kedewasaan manusia itu sama, adalah kebiasaan mereka yang membuat kedewasaan mereka berbeda. Confucius, Peribahasa Cina.

What the superior man seeks is in himself and what the small man seeks is in others. Orang-orang yang kuat mencari sesuatu (potensi) di dalam dirinya sendiri. Sementara orang yang lemah mencari sesuatu (potensi) pada diri orang lain. ~ Confucius, Peribahasa Cina ~

” The man who moved a mountain was the one who began carrying away small stones.” Orang yang mampu menggerakkan gunung adalah orang yang mulai mengangkut batu-batu kecil secara bertahap.

Kebanyakan orang hanya mencari status dan kekayaan, tetapi di dalam dunia ini berapa banyak yang bisa diperoleh ? Bintang-bintang, dan bulan, gunung-gunung dan air mengalir, setiap kuntum bunga dan setiap kelompok rumput, semua ada disana untuk kamu nikmati. – Pepatah Cina

To be able under all circumstances to practice five things constitutes perfect virtue: these five things are gravity, generosity of soul, sincerity, earnestness, and kindness. Merupakan kebijaksanaan yang sempurna ketika kita mampu mempraktikkan lima hal dalam keadaan yang bagaimana pun. Kelima hal tersebut adalah: tidak bergeming (apa pun keadaannya), kemurahan jiwa, ketulusan, kesungguhan hati, dan kebaikan. Confucius, Peribahasa Cina

Setiap benda ada gunanya, betapapun rendahnya, setiap hal punya tempatnya di alam ini. – Pepatah Cina

Bila ada cahaya dalam jiwa.maka akan hadir kecantikan dalam diri seseorang. Bila ada kecantikan dalam diri seseorang.akan hadir keharmonisan dalam rumah tangga.Bila ada keharmonisan dalam rumah tangga,akan hadir ketertiban dalam negara.Dan bila ada ketertiban di dalam negara,akan hadir kedamaian dunia. Pepatah Cina

Pada umumnya, orang hidup dalam dualisme, karenanya ada kalah dan menang. Jika pemandangan bagus, saya senang, jika pemandangan tidak bagus saya kecewa. – Pepatah Cina

The superior man, when resting in safety, does not forget that danger may come. When in a state of security he does not forget the possibility of ruin. When all is orderly, he does not forget that disorder may come. Thus his person is not endangered, and his states and all their clans are preserved. Seorang pemimpin yang hebat, ketika dia dalam keadaan aman, dia tidak lupa bahwa bahaya mungkin datang. Saat dia berada di puncak, dia tidak lupa bahwa kemungkinan jatuh itu selalu mengintai. Ketika segalanya terasa damai, dia tidak lupa bahwa kekacauan bisa saja terjadi. Oleh karena itu, orang tersebut tidak pernah menimbulkan bahaya, dan negara serta semua orang yang ada di sekitarnya merasa aman. Confucius, Peribahasa Cina

Tidak memikirkan masa lalu dan masa depan, tetapi nikmati satu saat ke saat lainnya adalah keberuntungan sejati. – Pepatah Cina

Sesuatu yang menakjubkan dan luar biasa tak tahan lama. Yang bertahan adalah sederhana dan biasa. Semua yang dibuat akan kehilangan rasa alaminya. Hanya yang alamiah yang sejati. Pepatah Cina

Respect yourself and others will respect you. Hargailah diri Anda sendiri, maka orang lain pun akan menghargai Anda. Confucius, Peribahasa Cina

He Who will not economize will have to agonize. Dia yang tidak bersikap ekonomis (pada akhirnya) pasti akan menderita. Confucius, Peribahasa Cina

Our greatest glory is not in never falling, but in getting up every time we do. Keberhasilan terbesar kita bukanlah karena tidak pernah gagal, tetapi bagaimana kita bangkit setiap kali kita mengalami kegagalan. Confucius, Peribahasa Cina

Sesaat kesabaran bisa menangkal bencana besar. Sesaat ketidaksabaran bisa menghancurkan kehidupan

Sepanjang engkau mengadakan hubungan langsung dengan setiap situasi engkau akan menjadi benda dan benda itu akan menjadi kamu. – Pepatah Cina

Jika kamu memberikan uang saku kepada orang lain, mereka juga akan memberimu peluang Pepatah Cina

I hear and I forget. I see and I remember. I do and I understand. Saya mendengar dan saya lupa. Saya melihat dan saya ingat Saya melakukan dan saya pun mengerti. Confucius, Peribahasa Cina

Berhati-hati di saat awal, bertindak dengan waspada, merupakan kunci menuju keberhasilan. -Pepatah Cina

Seseorang yang belum pernah ditipu tidak dapat menjadi seorang pebisnis yang baik.

Satu kegembiraan menghancurkan seratus kedukaan. -Pepatah Cina-

Seseorang yang memperlakukan orang dengan kasih dan berkemanusiaan akan bertindak sesuai kebenaran. Ia tidak akan membiarkan orang lain mempengaruhinya tetapi ia membuat fondasi hidupnya sendiri. Mengapa membiarkan diri terjebak kemasyuran dan kekayaan ? – Pepatah Cina

Forget injuries, never forget kindness. Lupakan kesalahan, tetapi jangan pernah lupakan kebaikan. Confucius, Peribahasa Cina

Jika seseorang bekerja hanya sebatas kebutuhannya,dia seorang budak.Jika seseorang bekerja melebihi kebutuhannya,dia seorang yang bebas. ~pepatah cina~

Tujuan memperoleh pengetahuan adalah memelihara karakter seseorang. Tetapi orang yang hanya mengejar pengetahuan sebagai tujuan akhir, akan kehilangan makna pendidikan. – Pepatah Cina

Everything has its beauty but not everyone sees it. segala sesutu memiliki keindahannya sendiri, tetapi tidak semua orang bisa melihat keindahannya. Confucius, Peribahasa Cina

Sifat manusia pada dasarnya baik tetapi sering di tutup keinginan-keinginan, sehingga mendadak kehilangan daya lihatnya. – Pepatah Cina

A bird does not sing because it has an answer, but it sings because it has a song. Seekor burung bernyanyi bukan karena ia mempunyai sebuah jawaban, tetapi ia bernyanyi karena ia memang memiliki nyanyian. Peribahasa Cina

Ditolong orang lain dan berbuat salah, tidak boleh dilupakan. Sebaliknya menolong orang dan diperlakukan tidak baik harus dilupakan. Inilah hukum hubungan yang harmonis. -Pepatah Cina

Cinta sejati mekar bukan hanya di dalam hati, tetapi juga di dalam jiwa kita. ~ Hua Ching Ni ~

Bila ada cahaya dalam jiwa, maka akan hadir kecantikan dalam diri seseorang. Bila ada kecantikan dalam diri seseorang akan hadir keharmonisan dalam rumah tangga.

Jika pengetahuan di gunakan dengan baik, akan bermanfaat. Tetapi orang jahat akan menggunakan pengetahuan pengetahuan untuk berbuat kejahatan. – Pepatah Cina

Setiap kebenaran bermakna tetap dan nyata. Tujuan belajar adalah memahami semangatnya dan bukan hasilnya. – Pepatah Cina

Orang yang berkata bahwa sesuatu tidak dapat dikerjakan tidak boleh mengganggu orang yang sedang mengerjakannya. Peribahasa Cina

Bila seseorang merasa sedih, ia harus bangkit untuk tak kehilangan harapan. Bila masalah teratasi, akan ada damai di hati. Seseorang yang congkak lupa rintangan dan mengalami kemunduran. -Pepatah Cina

Clear conscience never fears midnight knocking. Hati nurani yang bersih tidak pernah takut pada ketukan pintu di tengah malam.

Bila ditarik, yang bungkuk tidak dapat di rentangkan lagi. Bila penuh, bulan tidak dapat lebih terang lagi. Orang yang tahu batas tahu rasa puas. Ia tidak jauh dari jalannya. – Pepatah Cina

A great fortune depends on luck, a small fortune depending on the craft. Keberuntungan yang besar tergantung pada kemujuran, keberuntungan yang kecil tergantung pada kerajinan.

Baik buruknya segala sesuatu di dunia, tergantung pandangan seseorang. – Pepatah Cina

Don’t be afraid of advanced slowly, be afraid of nothing progress Jangan takut bila maju perlahan, takutlah bila tidak ada kemajuan.

Mereka yang berbuat buruk dan takut ketahuan hati nuraninya tertekan. Mereka harus diberi kesempatan bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Mereka yang berjasa dengan berharap pujian, pada dasarnya busuk. – Pepatah Cina

If a man does only what is required of him, he is a slave. If a man does more than is required of him, he is a free man. Jika seseorang hanya melakukan apa yang diminta darinya, maka ia adalah seorang budak. Jika seseorang melakukan lebih dari yang diminta darinya, ia adalah seorang yang bebas.

Jangan takut bila punya salah dan kekurangan. Lebih buruk lagi bila tahu salah tetapi tidak memperbaikinya. – Pepatah Cina

When we have nothing to worry about we are not doing much, and not doing much supplies us with plenty of future worries. Jika kita tidak memiliki sesuatu untuk dikhawatirkan, kita tidak akan melakukan sesuatu cukup banyak, dan tidak melakukan sesuatu yang banyak akan memberikan kekhawatiran yang banyak kepada kita.

Belajarlah Untuk Tidak Menyalahkan Orang Lain,Belajarlah Untuk Lebih Menghargai Orang Lain,Karna Qta Butuh Orang Lain.. Pepetah Cina

Give me a fish and I eat for a day. Teach me to fish and I eat for a lifetime. Berikan kepadaku seekor ikan dan aku makan selama satu hari. Ajari aku memancing dan saya akan makan seumur hidupku.

Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat mewujudkan perselisihan. Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan. Kata-kata yang diucapkan pada tempatnya dapat meredakan ketegangan. Kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan dan memberkati.

In the midst of great joy, do not promise anyone anything. In the midst of great anger, do not answer anyone’s letter. Di tengah-tengah kesenangan, jangan membuat janji kepada seseorang. Ditengah-tengah kemarahan, jangan menjawab surat seseorang.

“Siapa yang berbuat KEBAIKAN Walaupun KEBERUNTUNGAN belum datang Namun MALAPETAKA sudah menjauh.” “Siapa yang berbuat KEJAHATAN. Walaupun MALAPETAKA belum datang Namun KEBERUNTUNGAN sudah menjauh.”

Menyimpang seinci, rugi seribu batu

Bila ketamakan muncul, pengetahuan intuitif seseorang tentang yang baik ambruk. Maka ia tak dapat membedakan benar dan salah sehingga muncul ketidak-acuhan dan kebodohan. – Pepatah Cina

With money you can buy a house but not a home. With money you can buy a clock but not time. With money you can buy a bed but not sleep. With money you can buy a book, but not knowledge. With money you can buy a doctor, but not good health. With money you can buy a position but not respect. With money you can buy blood but not life. With money you can buy sex but not love. Dengan uang anda dapat membeli rumah tetapi tidak dapat membeli kehidupan. Dengan uang anda dapat membeli jam tetapi tidak dapat membeli waktu. Dengan uang anda dapat membeli tempat tidur tetapi tidak dapat membeli tidur. Dengan uang anda dapat membeli buku tetapi tidak dapat membeli pengetahuan. Dengan uang anda dapat membeli dokter tetapi tidak dapat membeli hidup sehat. Dengan uang anda dapat membeli kedudukan tetapi tidak dapat membeli kehormatan. Dengan uang anda dapat membeli darah tetapi tidak dapat membeli hidup. Dengan uang anda dapat membeli seks tetapi tidak dapat membeli cinta.

Godaan dari luar membuat seseorang lupa daratan sedangkan ketamakan membuat orang bodoh. Orang harus waspada selalu agar kemurnian sifatnya terpelihara. – Pepatah Cina

Berdoalah dengan motivasi hati yang murni bukan untuk kepuasan hawa nafsu

Surga dan neraka bukanlah tempat dimana orang akan pergi setelah mati, melainkan di sini dan sekarang. Baik dan jahat semuanya ada dalam pikiran, dan pintu kesurga atau neraka akan terbuka untukmu kapan saja. – Pepatah Cina

Jika engkau menggunakan kata kata untuk menjelaskan, akan ada salah. Jawaban paling lengkap ada dalam pertanyaan itu sendiri. – Pepatah Cina

Langit adalah adil, dan tidak ada orang yang dikecualikan. Yang bisa menolong dirimu adalah dirimu sendiri. Pepatah Cina

Mereka yang terburu buru mengharapkan hasil, cenderung tidak mendapatkan apapun pada akhirnya. Perhatian pada peristiwa sehari hari adalah jalan keluarnya. – Pepatah Cina

Dimana ada pengetahuan dan perasaan kalah dan menang, kegembiraan dan kesedihan juga ada. Berhasil mengatasi baik dan buruk, kalah dan menang, adalah keberuntungan sejati. – Pepatah Cina


Pepatah Bijak Negeri China

“JANGAN duduk di depan pintu, nanti jauh dari Jodoh!” Mitos ini mungkin sering dilontarkan orang tua agar Anda tidak menghalangi orang melewati pintu. Hal ini bisa bikin bertanya, apa hubungannya antara pintu dengan jodoh? Tapi, percaya atau tidak, kalimat bijak semacam ini telah berlangsung turun-temurun, dan dianggap manjur dalam mengajarkan nilai-nilai kebaikan.

Lahirnya kalimat bijak atau pepatah dalam masyarakat juga terjadi di Negeri Tirai Bambu. Uniknya, pepatah China, yang biasa dikenal sebagai Chinese wisdom ini lebih beragam, dan mencakup segala aspek kehidupan. Salah satunya kesehatan. Ingin tahu apa saja pepatahnya?

- “Minumlah teh setelah makan”
Makna: Sebenarnya dalam pengobatan tradisional China, teh China atau teh hijau sudah diketahui memiliki kaya khasiat. Tapi, karena masyarakat Cina lebih meyakini tahyul, yang kerap terdapat dalam pepatah tersebut, membuat mereka mempercayai pepatah tersebut, sehingga mau tidak mau mereka rutin mengonsumsi teh, terutama sehabis makan.

-“Saat tidur, jangan memunggungi cermin”
Makna: Menurut Feng Shui, ketika tidur, tubuh membutuhkan energi yin. Sedangkan cermin bersifat yang. Jika ketika tidur Anda memunggungi cermin, atau benda lainnya yang bersifat yang, seperti pintu atau jendela, dapat terjadi konflik energi yang dapat melemahkan chi. Akibatnya, ketika bangun tidur, tubuh akan terasa lelah dan tidak bersemangat. 

- “Makanlah bubur, jika ingin panjang umur“
Makna: Lambung membutuhkan makanan yang lembut dan hangat, terutama ketika mengawali proses pencernaan di pagi hari. Oleh karena itulah, bubur atau makanan lembut lain menjadi makanan yang cocok sebagai sarapan.

- “Jangan langsung bekerja setelah makan”
Makna: Setelah makan dan perut masih terasa penuh. Saat itu, konsentrasi utama metabolisme tubuh adalah mencerna makanan. Melakukan aktivitas segera setelah makan akan membagi metabolisme tubuh untuk kegiatan lain, sehingga makanan tak tercerna baik, yang justru bisa mengganggu saluran pencernaan.

- “Selesai makan, jangan langsung tidur”
Makna: Pada dasarnya urutan tata letak organ saluran pencernaan adalah dari atas ke bawah: mulai dari mulut, tenggorokan, lambung, usus kecil, usus besar hingga anus. Jadi, organ pencernaan akan bekerja lebih baik bila tubuh dalam posisi duduk. Posisi tidur akan menghambat proses pencernaan.

- “Usap-usaplah perut setelah makan”
Makna: Banyak sekali titik akupunktur yang berhubungan dengan saluran pencernaan di daerah perut. Mengusap-ngusap perut usai makan, sama halnya dengan merangsang titik-titik akupunktur tersebut sehingga membantu organ pencernaan bekerja lebih baik.

- “Kalau merasa kedinginan, usap-usaplah telingamu”
Makna: Bentuk daun telinga analog dengan bentuk janin manusia. Di telinga juga ada titik-titik alarm point berberapa organ. Ketika kedinginan, mengusap-usap telinga sampai hangat sama dengan menghangatkan tubuh secara keseluruhan.



4 Ekor Binatang

Dalam sebuah kapal ada 4 ekor hewan yang menemani seorang nahkoda. Hewan itu ialah ayam, gajah, harimau dan tikus. Suatu hari keempat hewan itu berkumpul dan menceritakan kehebatan masing-masing.

Kata Ayam : "Aku selalu memberi telur kepada nahkoda kita. Berkat aku, dia dapat makan enak dan bergizi."

Gajahpun tak mau kalah "Aku kuat, aku selalu membantu nahkoda kita untuk mengangkat barang-barang berat."


Harimau menimbrung "Kalau aku terkenal sakti dan selalu dapat memenangkan setiap pertempuran, aku selalu melindungi nahkoda kita dari serangan bajak laut dan orang-orang jahat".

Hanya tikus yang terdiam. Ketiga hewan lainnya memandang dia katanya : "Tikus apa fungsimu di sini, hanya engkau yang tak mempunyai fungsi di sini.hahahaha". Mereka mengejek tikus itu.

Suatu hari kapal itu terantuk pada tonjolan karang dan bocor. Keempat hewan itu dan nahkodanya panik. Mereka tidak tahu apa yang akan mereka lakukan karena lokasi kebocoran berada di tempat tersembunyi sehingga tidk bisa ditemukan. Tikus berpikir sejenak kemudian berkata : "Teman-teman mungkin inilah saatnya aku dapat berguna bagi kalian." Lalu tikus itu mulai bergerak. Dengan tubuh mungil dan lonjong itu dia begitu mudah masuk ke sela-sela kayu untuk menemukan sumber kebocoran itu. Akhirnya kapal itu dapat diselamatkan.

Nahkoda itu berkata : "Untung ada kamu tikus, kalau tidak kita bisa celaka". Ketiga temannya pun tertunduk malu karena mereka telah mengejek tikus itu.

Demikianlah TUHAN memberikan kepada kita semua talenta masing masing. Tidak ada orang bodoh yang ada hanya orang yang tidak sadar akan bakat yang diberikan TUHAN kepada kita. Janganlah mengejek dan saling merendahkan tetapi hendaklah saling melengkapi untuk hidup yang lebih baik.



Senin, 01 Agustus 2016

Merubah Nasib Ke arah yang lebih Baik

Guru Buddha memberikan perumpamaan bahwa terlahir sebagai manusia bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami yang banyak, lahir sebagai manusia sungguh sulit untuk itu kita yang sudah terlahir sebagai manusia harus bersyukur karena di alam manusialah kita bisa menjadi Buddha.
Manusia lahir kedunia ini sudah membawa buah karma, membawa sifat dan kemauan, serta membawa daya kemampuan jasmani dan rohani kita dari masa lampau.
Nasib baik perbuatan baik, mudah mendapatkan kebahagiaan.
Nasib baik perbuatan buruk, masa depan belum tahu bagaimana.
Nasib buruk perbuatan baik, hari tua pasti terjamin.
Nasib buruk perbuatan buruk, sengsara seumur hidup.
Kalau kita pada kehidupan ini terlahir di keluarga yang tidak mampu, kita jangan putus asa, kita harus merubah kehidupan kita ke yang lebih baik dengan cara yaitu dengan memiliki perbuatan yang baik. Kalau kita menginginkan kehidupan yang lebih baik, kita harus menanamkan 4 kata dalam diri kita yaitu “jangan takut, jangan menyerah” empat kata ini kalau kita tanamkan dalam diri kita dan kita praktekkan maka kehidupan kita akan menjadi lebih baik, tentu saja dalam mempraktekkannya ke arah yang baik atau maju bukan ke arah yang buruk atau kemunduran. Kita jangan takut untuk menghadapi masalah yang menghadang, dan kita jangan menyerah begitu saja apabila kesulitan demi kesulitan datang menghampiri kita, dengan demikian kehidupan kita akan lebih baik lagi.
Selain 4 kata tadi yang harus kita tanamkan, untuk membuat kehidupan yang lebih baik seharusnya kita tidak menyepelekan hal-hal yang kecil, karena hal-hal yang kecil ini memberikan dampak yang besar bagi kita. Seperti cerita di bawah ini :
Ada dua orang dari desa, sebut saja A dan B yang telah lama bersahabat. Suatu ketika, dua orang sahabat ini telah lulus dari sekolah teknik dan mendapat gelar sarjana. Mereka berdua melamar pekerjaan di sebuah pabrik yang besar di kota. Keduanya diterima bekerja di pabrik tersebut dan harus menjalani masa percobaan selama 3 bulan. Pada hari pertama bekerja, mereka di beri pengarahan oleh manajer pabrik tersebut, “kalian harus dapat mengerjakan pekerjaan dengan baik dan harus teliti agar tidak gugur dalam penilaian kembali”. Mereka berdua berjanji akan bekerja sebaik-baiknya dan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan.
Selama 3 bulan masa percobaan, mereka bekerja sangat giat, rajin dan dengan senang hati. Pada bulan ke 3 saat terima gaji, tiba-tiba si B di berhentikan dari pekerjaannya. Sepanjang perjalanan pulang kerumah, si B marah-marah kepada A dan menuduh kalau si A telah melaporkan hal yang tidak baik kepada manajer pabrik itu. A berkata kepada B “kau tahu, sepanjang hari kita sibuk bekerja, tidak ada waktu untuk santai, bagaimana mungkin aku melaporkan hal yang tidak kepada manajer, aku juga bingung dan kaget kenapa kamu di berhentikan dari pekerjaan ini”
Esok harinya, si A menemui manajer untuk menanyakan alasan B tidak diterima di perusahaan motor ini. Manajer berkata, “Pekerjaan B cukup baik, akan tetapi perusahaan tidak dapat memakainya, karena si B pulang tanpa memadamkan lampu ruangannnya. Hal itu terjadi berulang-ulang kali dan saya yang harus memadamkan lampu itu. Sedangkan kamu berbeda dengan si B, lampu ruanganmu selalu padam dan meja kerjamu selalu rapih. Aku tidak mungkin memperkerjakan orang yang tidak teliti, karena sebagai teknisi di pabrik ini harus memiliki ketelitian yang baik, oleh karena itu saya putuskan untuk memberhentikan B dari pekerjaannya”.
Hal yang kecil saja bisa membuat diri kita menjadi sengsara seperti cerita di atas, hanya karena tidak mematikan lampu ketika jam kerja telah selesai membawa akibat yang buruk. Untuk itulah, kalau kita ingin merubah nasib rubahlah kebiasaan-kebiasaan yang buruk yang ada dalam diri kita, kita harus memperhatikan hal-hal yang kecil, hal yang kecil saja tidak bisa diperhatikan bagaimana dengan yang besar.
Seperti yang di ucapkan oleh Buddha dalam Dhammapada bagian Appamada Vagga syair 21 yang berbunyi :
Kewaspadaan adalah jalan menuju kekekalan, kelengahan adalah jalan menuju kematian. Orang yang waspada tidak akan mati, tetapi orang yang lengah seperti orang yang sudah mati.
Jangan biarkan diri anda hanya menerima nasib saja, kita harus berjuang untuk merubah kehidupan kita ke arah yang lebih baik seperti yang di katakan oleh Guru Buddha dalam Anguttara Nikaya kelompok delapan tentang kesejahteraan umat awam yang berbunyi :
Ada empat hal yang akan membawa pada kesejahteraan dan kebahagiaan bagi seorang perumah tangga di dalam kehidupan yang sekarang ini, yaitu pencapaian usaha yang tak kenal henti, pencapaian perlindungan, persahabatan yang baik, dan kehidupan yang seimbang.
Usaha yang tak kenal henti bisa dijadikan semangat untuk menuju ke kehidupan yang lebih baik lagi, akhir kata semoga kita bisa berjuang untuk merubah kehidupan kita menjadi lebih baik, dan semoga semua makhluk hidup beruntung dan berbahagia.
Sadhu… Sadhu… Sadhu….


Bergaul Dengan Orang Bijak

Bergaul Dengan Orang Bijak
Dikisahkan pada suatu waktu, ada sejumlah besar pedagang yang sedang berlayar ke samudera dengan sebuah kapal. Ditengah perjalanan, kapal mereka diterjang badai dengan amat dahsyatnya sehingga mengalami kerusakan berat. Bagian dasar kapal bocor dan air sudah mulai masuk ke dalam. Diancam bahaya seperti ini mereka menjadi sangat cemas dan ketakutan.
Masing-masing mencoba mengatasi kejadian yang menegangkan itu dengan cara sendiri-sendiri. Ada yang menangis meraung-raung meratapi ‘nasib’ yang sedang menimpa diri mereka.
Ada juga yang dengan gencar menyebut mantra atau aji-aji yang dipercaya dapat menangkal badai. Ada pula yang sambil berkomat-kamit mengeluarkan segala jimat, ‘hu’ atau pusaka yang selama ini selalu dibawa-bawa kemana pun mereka pergi. Mereka percaya benda-benda itu mampu melindungi diri mereka dari segala macam bahaya. Selain itu ada pula yang sembari menjanjikan kaul bersujud memohon ampun kepada dewa badai supaya tidak murka dan berhenti meniupkan badai. Adapula yang menengadahkan kedua telapak tanggannya ke langit, mencoba memelas kepada Sang Pencipta sekaligus pencabut nyawa bagi umat manusia. Mereka mencoba memelas dengan memperlihatkan ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, kebaktian dan ketakwaan kepadanya supaya hari kematiannya diperpanjang lagi.
Di antara pedagang itu, ternyata ada seorang laki-laki yang bukannya sibuk mencari jalan keluar dalam mengatasi musibah tersebut, melainkan hanya duduk dengan tenangnya di atas geladak kapal. Tidak ada rasa takut atau cemas sedikit pun di wajahnya, seolah-olah kejadian itu sama sekali tidak tampak oleh matanya, jerit-jerit kekhawatiran itu tidak terdengar oleh telinganya, suasana yang menegangkan itu tidak mencekam batinnya, dan bahaya yang mengerikan itu tidak disadarinya.
Melihat pemandangan yang aneh tersebut, semua teman seperjalanannya merasa sangat heran. Mereka kemudian berbondong-bondong mendatanginya untuk menanyakan mengapa ia bersikap demikian.
Sebelum menjelaskan alasannya, laki-laki bijak itu mengungkapkan betapa sia-sianya semua upaya yang ditempuh oleh teman-temannya dalam mengatasi masalah tersebut. Kehidupan umat manusia, juga makhluk-makhluk lainnya, sesungguhnya tidaklah bergulir mengikuti guratan nasib atau takdir yang telah ditentukan sebelumnya.
Dunia ini bukanlah sebuah panggung sandiwara dimana umat manusia dipaksa memerankan adegan-adegan sebagaimana yang digubah sebelumnya. Setiap makhluk mempunyai hak dan kepercayaan yang kesahihannya tidak pernah terbuktikan.
Fenomena-fenomena alam terjadi dan berubah hanya oleh sebab-sebab yang alamiah atau ilmiah, sama sekali tidak terpengaruh oleh kepercayaan yang seharusnya sudah punah sejak kebangkitan peradaban manusia. Demikian pula dengan jimat, ‘hu’ pusaka dan benda-benda keramat lainnya. Yang dapat menjadi pelindung sejati bagi diri seseorang bukanlah sesuatu yang berasa di luar dirinya, apalagi hanya sekedar benda mati yang tak berjiwa semacam itu.
Pada jaman dimana segala kekuatan alam sudah dapat dijelaskan serta dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan, seseorang tidaklah semestinya takut lagi pada dewa-dewa ‘tertentu’ yang keberadaannya tidak pasti. Sungguh memprihatinkan apabila seseorang termakan oleh promosi tentang tokoh-tokoh fiktif yang digambarkan sebagai penyelamat agung yang senantiasa menolong umat manusia. Setiap orang sesungguhnya dapat menjadi juru selamat bagi diri sendiri.
Karena itu, seseorang hendaknya bersandar pada diri sendiri, bukan kepada makhluk kudus lain betapa pun luhur kedudukannya. Hukum Alam tidaklah pernah pandan gbulu atau berpihak pada siapa pun, dan tidaklah dapat disuap atau dibujuk dengan doa-doa permohonan.
Karena itu, tidaklah perlu berdoa pada suatu makhluk yang bersikap sewenang-wenang, yang eksistensinya sangat meragukan. Manusia bukanlah makhluk rendah yang harus mengemis-ngemis keselamatan apalagi hanya sekedar ‘makanan’ dan ‘rejeki’.
Selanjutnya laki-laki bijak itu menjelaskan mengapa ia sama sekali tidak kelihatan takut, cemas atau khawatir atas bahaya yang mengancam dirinya. Ia hanya duduk dengan tenang karena sudah menyadari serta mempertimbangkan bahwa tidak ada jalan keluar yang wajar dari bahaya tersebut.
Kematian sesungguhnya bukan suatu hal yang menakutkan. Kematian tidak lebih hanyalah padamnya lima kelompok kehidupan. Cepat atau lambat, hal ini pasti menimpa setiap orang. Bagaikan batu karang besar yang puncaknya menjulang ke angkasa, niscaya berubah dan hancur; demikian pula perubahan, kelapukan dan kematian menguasai semua makhluk, tak terkecuali – apakah dia seorang bangsawan, agamawan, pedagang, pekerja atau orang hina-dina. Tidak ada satu makhluk hidup pun yang dapat terhindar dari kematian. Dimana ada kelahiran disitu pula ada kematian. Ini adalah suatu Hukum Alam yang tidak dapat dielakkan.
Bila kita renungkan secara mendalam, seseorang yang dipandang secara duniawi sebagai makhluk yang hidup sebenarnya setiap saat mengalami kematian dan kelahiran kembali yang berulang-ulang. Tidak ada satu bagian pun dari lima kelompok kehidupan yang dapat bertahan terus, kekal.
Rupa atauu badan jasmaniah mulai dari yang tertampak dengan jelas sampai dengan sel-sel yang sangat kecil sekalipun senantiasa mengalami perubahan atau kerusakan. Begitu pula dengan perasaan, ingatan, corak batin dan kesadaran. Semua yang berkondisi tidak kekal.
Apabila mempunyai pengertian semacam itu, dan yakin atas perbuatan-perbuatan yang dilakukan semasa hidupnya – yang menjadi salah satu kondisi penentu bagi kehidupan selanjutnya, maka seseorang tidak akan merasa takut, cemas atau khawatir atas kematian yang bakal menimpa dirinya.
Kematian dapat diterima dalam kewajaran. Dengan mengisi kehidupan dengan perbuatan-perbuatan baik melalui pikiran, ucapan dan tindakan – seseorang dapat mengharapkan kehidupan mendatang yang baik dan menetukan kehidupan mendatang. Apabila seseorang tercekam rasa ketakutan yang tak beralasan (perwujudan dari ‘dosa’), melekat pada kehidupan, dunia, harta benda, kemasyuran, kedudukan, kehidupan mendatang bagi dirinya dapatlah dipastikan yaitu suatu kehidupan, yaitu kehidupan yang suram, penuh penderitaan.
Sebaliknya dengan menjaga keadaan batin agar tetap tenang serta mengembangkan pengertian benar; maka kehidupan mendatang yang cerah dan menyenangkan adalah suatu harapan yang nyata bagi dirinya. Salah satu dari sekian banyak cara untuk menenangkan batin ialah dengan merenungkan jasa kebajikan yang pernah diperbuat semasa hidupnya.
Diceritakan oleh laki-laki bijak itu bahwa menjelang keberangkatannya menuju samudra, ia telah mempersembahkan dana kepada Sangha, menyatakan pernaungan pada Sang Tiratana, berpantang dari pembunuhan, pencurian, perzinahan. pendusataan dan pemabukan. Jasa kebajikan inilah yang menjadi pokok perenungan bagi dirinya di saat-saat yang kritis. Dalam Agama Buddha, perenungan – perenungan ini disebut Caganussati dan Sila nussati yang merupakan dua di antara 10 macam perenungan (Annusati 10).
Mendengar penjelasan laki-laki bijak itu, hilanglah perasaan takut yang sebelum ini sangat mencekam para pedagang yang sedang mengalami musibah tersebut. Kini sadarlah mereka atas hakikat kehidupan di dunia ini. Timbullah keyakinan yang benar terhadap Sang Tiratana ; Buddha, Dhamma dan Sangha, di hadapan laki-laki bijak itu mereka semua menyatakan kebulatan tekadnya untuk menjalani Pancasila.
Ketika selesai mengucapkan pantangan terhadap pembunuhan, air samudra menggenang hingga sebatas lutut. Ketika selesai mengucapkan pantangan terhadap pencurian, air samudra menggenang sebatas pinggang. Ketika selesai mengucapkan pantangan terhadap perzinahan, air samudra menggenang sebatas dada. Ketika selesai mengucapkan pantangan terhadap pendustaan, air samudra menggenang hingga sebatas leher. Ketika selesai mengucapkan pantangan terhadap mabuk-mabukan, air semudra menggenang sebatas mulut.
Begitu kelima sila selesai diucapkan semuanya, laki-laki bijak itu memberikan nasihat singkat : “Tidak ada pelindung selain diri sendiri. Tidak ada penyelamat lain selain diri sendiri. Bagaimanapun kehidupan mendatang, semua itu tergantung dari diri Anda sendiri, bukan orang lian, dewa, malaikat maupun makhluk adikodrati.
“Anda sekalian hendaknya merenungkan sila yang telah Anda tekadkan untuk dijalankan dengan kesungguhan hati. Pelaksanaan Dhamma yang telah Anda lakukan, inilah yang menjadi pelindung Anda yang sejati.”
Para pedagang itu menuruti serta melaksanakan nasihat laki-laki bijak itu. Mereka akhirnya sanggup menyambut kematian dengan penuh ketenangan dan kemantapan diri, seolah-olah menyambut seorang tamu. Begitu kesadaran ajal (cuti-citta) mereka padam, mereka semua terlahir kembali di Alam Surga Tavatimsa. Mereka menikmati kebahagiaan surgawi di alam sana dalam waktu yang lama berkat tekadnya yang kuat dalam menjalankan Pancasila.
Dari kisah di atas, tampaklah dengan jelas betapa besar peranan seorang bijak dalam mengarahkan orang-orang lain pada jalur yang tepat. Dengan modal teladan pribadinya yang nyata dan kearifannya., orang bijak sanggup mengikis habis kesesatan batin yang bercokol pada orang-orang lain dan sebaliknya memupuk keyakinan surgawi, hanyalah sebagian kecil dari banyak manfaat yang dapat diraih dengan menjalin pergaulan dengan orang bijak. Singkat kata,”Bergaul dengan orang bijak” adalah suatu Berkah Utama.
Sementara orang mungkin berpendapat bahwa orang bijak tersebut dapatlah dianggap ‘gagal’ menolong serta menyelamatkan teman-teman seperjalanannya karena mereka semua akhirnya mati terbenam dalam samudra. Sesungguhnya, makna ‘keselamatan’ dalam pandangan Agama Buddha memang sangatlah berbeda jauh dengan konsep yang dianut oleh beberapa kepercayaan dan agama lain.  Orang bijak bukanlah seorang Buddha Abadi, bodhisattva ideal ataupun juru selamat yang menghidupkan orang mati, menyembuhkan sakit, atau menyelamatkan dari segala bencana malapetaka bagi mereka yang percaya atau melafalkan namanya.
Bagi orang bijak, semua itu sesungguhnya hanyalah suatu keselamatan yang semu ~ walaupun seandainya merupakan suatu kenyataan bukan semata-mata dongeng belaka. Apalah artinya suatu kehidupan, kesembuhan atau keselamatan, apabila seseorang tidak tahu akan kesunyataan mulia (ariya-sacca). Orang bijak tidak ingin menjadi seorang penghibur yang berusaha mengelabuinya, menutupi atau menjauhkan orang-orang lain dari hakikat hidup. Tetapi, sebaliknya dengan berbagai cara orang bijak senantiasa berusaha agar mereka dapat menyadari, menatap serta menerima hakikat hidup dengan pengertian benar. Inilah sesungguhnya keselamatan yang sejati.
Pergaulan dengan orang bijak adalah suatu faktor penunjang bagi timbulnya kebajikan, pengetahuan, pandangan benar, kearifan dan kebijaksanaan.