Translate

Rabu, 30 Desember 2015

Impian Seorang Mahasiswi Tua


Impian Seorang Mahasiswi Tua
Hari pertama kuliah di kampus, Profesor memperkenalkan diri dan menantang kami untuk berkenalan dengan seseorang yang belum kami kenal. Saya berdiri dan melihat sekeliling ketika sebuah tangan lembut menyentuh bahu saya.
Saya menengok dan mendapati seorang wanita tua kecil, dan berkeriput, memandang dengan wajah yang berseri-seri dan dengan senyumnya yang cerah. Ia menyapa, "Halo anak cakep, Namaku Rose. Aku berusia delapan puluh tujuh, Maukah kamu memelukku?"
Saya tertawa, dan dengan antusias menyambutnya, "Tentu saja boleh!".
Dia pun memberi saya pelukan yang sangat erat, "Mengapa kamu ada di kampus pada usia yang masih begitu muda dan tak berdosa seperti ini ?" tanya saya berolok-olok.
Dengan bercanda dia menjawab, "Saya di sini untuk menemukan suami yang kaya, menikah, mempunyai beberapa anak, kemudian pensiun dan bepergian."
"Ah yang serius?" tanya saya. Saya sangat ingin tahu apa yang telah memotivasinya untuk mengambil tantangan ini di usianya. "Saya selalu bermimpi untuk mendapatkan pendidikan tinggi dan kini saya sedang mengambilnya!" katanya.
Setelah jam kuliah usai, kami berjalan menuju kantor senat mahasiswa dan berbagi segelas chocolate milkshake. Kami segera akrab. Dalam tiga bulan kemudian, setiap hari kami pulang bersama-sama dan bercakap-cakap tiada henti. Saya selalu terpesona mendengarkannya berbagi pengalaman dan kebijaksanaannya. Setelah setahun berlalu, Rose menjadi bintang kampus dan dengan mudah dia berkawan dengan siapapun. Dia suka berdandan dan segera mendapatkan perhatian dari para mahasiswa lain. Dia pandai sekali menghidupkan suasana.
Pada akhir semester, kami mengundang Rose untuk berbicara di acara makan malam klub sepak bola kami. Saya tidak akan pernah lupa apa yang diajarkannya pada kami. Dia diperkenalkan dan naik ke podium. Begitu dia mulai menyampaikan pidato yang telah dipersiapkannya, tiga dari lima kartu pidatonya terjatuh ke lantai. Dengan gugup dan sedikit malu dia bercanda pada mikrofon. Dengan ringan dia berkata, "Maafkan saya, saya sangat gugup. Saya sudah lama tidak minum bir. Tetapi wiski ini membunuh saya. Saya tidak bisa menyusun pidato saya kembali, maka ijinkan saya menyampaikan apa yang saya tahu."
Kemudian dia meneruskan, "Kita tidak boleh berhenti bermain karena kita tua. Kita menjadi tua karena berhenti bermain. Hanya ada empat rahasia untuk tetap awet muda, tetap menemukan humor setiap hari. Kamu harus mempunyai mimpi. Bila kamu kehilangan mimpi-mimpimu, kamu mati. Ada banyak sekali orang yang berjalan di sekitar kita yang mati namun mereka tak menyadarinya. Sungguh, jauh berbeda antara menjadi tua dan menjadi dewasa. Bila kamu berumur sembilan belas tahun dan berbaring di tempat tidur selama satu tahun penuh, tidak melakukan apa-apa, kamu tetap akan berubah menjadi dua puluh tahun. Bila saya berusia delapan puluh tujuh tahun dan tinggal di tempat tidur selama satu tahun, tidak melakukan apapun, saya tetap akan menjadi delapan puluh delapan. Setiap orang pasti menjadi tua. Itu tidak membutuhkan suatu keahlian atau bakat. Tetapi, berbeda dengan menjadi dewasa. Tumbuhlah dewasa dengan selalu mencari kesempatan dalam perubahan. Jangan pernah menyesal. Orang-orang tua seperti kami biasanya tidak menyesali apa yang telah diperbuatnya, tetapi lebih menyesali apa yang tidak kami perbuat. Orang-orang yang takut mati adalah mereka yang hidup dengan penyesalan."
Rose mengakhiri pidatonya dengan bernyanyi "The Rose". Dia menantang setiap orang untuk mempelajari liriknya dan menghidupkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Akhirnya Rose meraih gelar sarjana yang telah diupayakannya sejak beberapa tahun lalu. Seminggu setelah wisuda, Rose meninggal dunia dengan damai. Lebih dari dua ribu mahasiswa menghadiri upacara pemakamannya sebagai penghormatan pada wanita luar biasa yang mengajari kami dengan memberikan teladan, bahwa tidak ada yang terlambat untuk apapun yang bisa kau lakukan. Ingatlah, menjadi tua adalah kemestian, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan.
Sediakan waktu untuk berpikir, itulah sumber kekuatan.
Sediakan waktu untuk bermain, itulah rahasia awet muda.
Sediakan waktu untuk membaca, itulah landasan kebijaksanaan.
Sediakan waktu untuk berteman, itulah jalan menuju kebahagiaan.
Sediakan waktu untuk bermimpi, itulah yang membawa anda ke bintang.
Sediakan waktu untuk mencintai dan dicintai, itulah hak istimewa Tuhan.
Sediakan waktu untuk melihat sekeliling anda, hari anda terlalu singkat untuk mementingkan diri sendiri.
Sediakan waktu untuk tertawa, itulah musik jiwa.
Jendral Yue Fei

Jenderal Yue Fei (Hanzi : 岳飛) adalah jenderal militer legedaris dalam sejarah Tiongkok. Ia berperang untuk Dinasti Song Selatan melawan suku Jurchen dari kekaisaran Jin. Hidupnya penuh dengan kepahlawanan dan tragedi. Dipandang sebagai seorang Patriot dan pahlawan nasional di Tiongkok, Yue Fei telah menjadi ikon kesetiaan dalam budaya Tiongkok.
Yue Fei hidup pada tahun 1103-1142 Masehi. Ia memiliki nama panggilan Peng Ju, lahir di Tangyin, Xiangzhou (sekarang wilayah Henan). Di usia yang masih muda, Yue Fei telah berlatih panahan dan ilmu beladiri dari master Chen Guang (陳廣). Ia menjadi pria dengan kemampuan paling tinggi di kabupatennya. Yue Fei bergabung menjadi tentara dan bertempur melawan bangsa Liao di usia 19 tahun, hanya untuk kembali dan berkabung atas kematian ayahnya yang tak lama kemudian.


Pada tahun 1126, pasukan Liao melancarkan serangan besar-besaran pada daratan tengah. Yue Fei kembali bergabung dengan tentara dan memulai karir militernya, bertempur menghadapi para penyerang dan melindungi negara. Menurut legenda, ibunya pernah memberinya wejangan dan menorehkan tato :精忠报国 (Jīngzhōng bàoguó) yang artinya berbunyi “Setia dan tulus membela Negara“. Tato inilah yang selalu diingat Yue Fei dan menjadi pedoman hidupnya.


Saat itu, suku Jurchen (Hanzi : 女真; pinyin : Nǚzhēn) di timur laut Tiongkok berkembang menjadi semakin kuat. Pada tahun 1127, pasukan Jurchen (Jin) menyapu bersih seluruh wilayah kekuasaan Dinasti Song Utara. Invasi Jin membangkitkan pertahanan hebat di seluruh Tiongkok. Sebelum Dinasti Song Utara jatuh, Yue Fei telah bergabung dengan tentara untuk melawan Jin. Ia sangat mencolok dalam perang-perang melawan para penyerbu dari utara dan meraih banyak kesuksesan. SetelahDinasti Song Selatan didirikan, Yue Fei yang saat itu menjabat sebagai pejabat level bawah, menyatakan bahwa ia menolak gagasan Kaisar Gaozong untuk pindah ke wilayah selatan.
Ia meminta Kaisar untuk melawan para penyerbu. Namun, para pejabat yang lebih suka jalan damai menjadi gusar atas petisi yang diajukannya. Mereka menganggapnya telah melewati batas kedudukannya sebagai pejabat level bawah dan mengeluarkannya dari posisinya. Yue Fei kemudian mencari perlindungan dari komisaris Hebei, Zhang Suo. Zhang Suo menghormati Yue Fei. Ia menunjuk Yue Fei sebagai komandan pasukan utama, lalu mengangkatnya sebagai komandan tertinggi.


Saat pasukan Jin menginvasi daerah selatan, Yue Fei pindah ke Jiangnan. Ia merekrut tentara-tentara yang tidak tergabung dalam pasukan apapun untuk membentuk sebuah pasukan yang mampu bertempur secara independen. Pada tahun 1130, pasukan Jin berencana untuk kembali ke utara melalui sungai dari Jiankang, dan memulai serangan pada pasukan Jin.
Ia memenangkan pertempuran dan dengan sukses menduduki kembali Jiankang. Pada tahun 1134, Yue Fei berulang kali memimpin serangan dan sukses mengambil alih enam wilayah, termasuk Xiangyang. Karena berbagai kesuksesan nya, ia dipromosikan menjadi gubernur militer Qingyuan dan kemudian diangkat menjadi Bangsawan Kaiguo di Wuchang.
Pasukan yang dipimpin Yue Fei, yang dikenal dengan nama “Pasukan Yue“, sangat disiplin dan pemberani. Pasukan Jin sangat gentar saat mendengar namanya. Pasukan Jin pernah mengatakan ” Mudah untuk mengguncangkan gunung, namun sulit untuk mengguncangkan pasukan Yue!”. Ini adalah pujian tertinggi bagi pasukan Yue.
Pada tahun 1140, pasukan Jin kembali menyerang Dinasti Song Selatan. Yue Fei memimpin pasukannya untuk menyerang balik penyerbu Jin. Pasukan Jin kalah; perang ini lalu dikenal sebagai perang YanchengWanyan Wuzhu dari Jin kemudian mengumpulkan 12 ribu tentara dan mengadakan serangan lagi. namun pasukan Jin kembali dikalahkan oleh Yue Fei.
Kaisar Gaozong dan Qin Hui ingin berdamai dengan Jin. Legenda mengatakan bahwa Yue Fei menerima 12 piringan emas dari Kaisar, yang memintanya kembali ke ibukota Lin An. Yue Fei tidak punya pilihan lain selain mematuhi perintah Kaisar. Merasa hancur, Yue Fei melihat ke langit dan menarik napas berat sambil berkata “Usaha sepuluh tahun menjadi sia-sia dalam satu hari! Semua kabupaten dan wilayah yang telah kita ambil alih akan hilang. Negara tidak akan makmur; Negara tak bisa pulih kembali!”
Pada tahun 1142 saat Yue Fei kembali ke Lin An. kekuatan militernya dicabut. Qin Hui menuduhnya merencanakan pemberontakan dan memenjarakannya. Di hari ke 29 bulan ke 12 tahun yang sama, Qin Hui mengatur agar Yue Fei dieksekusi atas tuduhan palsu. Yue Fei diracuni sampai mati di paviliun Fengbo di Lin An, saat berusia 39 tahun.
Dikutip dari : Kwan Kong Magazine Edisi III – Juli 2015
Featured Image : britannica.com


ZhuGe Liang (Hanzi : 诸葛亮) adalah ahli strategi militer yang hidup pada 181 – 234 Masehi pada zaman Tiga Negara Sam Kok. Dia adalah ahli strategi dari negara Shu Han yang paling cerdik dan terkenal dalam sejarah Tiongkok. Zhuge Liang juga adalah salah seorang Dewa dan tokoh agama Tao yang sangat menguasai ilmu astronomi dan memahami ritual-ritual keagamaan Tao. Dia acapkali dilukiskan sedang memakai sebuah jubah dan memegang kipas yang terbuat dari bulu burung bangau. Dia dikenal dengan namaKong Ming atau Kong Beng dan mempunyai julukan “Naga Tidur”.
Nama lain : Zhuge Kongming
Kerajaan : Shu Han (Liu Bei dan Liu Chan)
Lahir :  181 Masehi
Meninggal : 234 Masehi
Istri : Huang Yue Ying (Lady Huang)*
Leluhur : Zhuge Feng, mengabdi pada pemerintahan Kaisar Yuan dari Han.
Ayah : Zhuge Gui, menjabat sebagai Asisten Komandan di Gunung Tai pada akhir dinasti Han.
Ibu : Hanya diketahui bermarga Zhang
Paman : Zhuge Xuan, menjabat sebagai Administrator Yuzhang, lalu bergabung dengan Liu Biao.
Saudara laki : 1. Zhuge Jin (kakak, mengabdi pada kerajaan Wu); 2. Zhuge Jun (adik, mengabdi pada kerajaan Shu)
Saudara perempuan : 1. Kakak, nama tidak diketahui, menikah dengan Pang Shanmin (sepupu Pang Tong tertua); 2. Kakak, nama tidak diketahui, menikah dengan anggota dari klan Kuai (dipimpin oleh Kuai Liang dan Kuai Yue) di Xiangyang.
Sepupu : Zhuge Dan, mengabdi pada kerajaan Wei, berpartisipasi dalam tiga pemberontakan di Shouchun, tewas setelah kekalahannya.
Anak : 1. Zhuge Qiao (anak angkat, anak ke 2 Zhuge Jin), mengabdi pada kerajaan Shu, meninggal di usia muda; 2. Zhuge Zhan (anak kandung), mengabdi pada kerajaan Shu, tewas dalam aksi serangan Wu kepada Shu; 3. Zhuge Huai, hidup sebagai orang biasa selama Dinasti Jin (dinasti setelah 3 kerajaan).
Keponakan : Zhuge Ke, Zhuge Qiao, Zhuge Rong (anak-anak dari Zhuge Jin, kakaknya)
Perjalanan Hidup Zhuge Liang
Ia mengikuti Liu Bei setelah Liu Bei dan kedua adik angkatnya (Guan Yu dan Zhang Fei) membuat tiga kunjungan untuk menjemputnya menjadi ahli strategi negeri Shu. Terharu dengan keikhlasan dan kemurnian hati Liu Bei yang menangis karena mengenangkan nasib rakyat pada zaman peperangan itu, maka ia mengabdikan diri kepada Liu Bei. Nasihat pertama yang diberikannya secara pribadi kepada Liu Bei adalah “Longzhong Plan”, yaitu tentang pendirian tiga negara besar di tanah Tiongkok, yaitu Wei, Wu dan Shu. Nasihat pertama Zhuge Liang ini menjadi kenyataan setelah beberapa tahun membantu Liu Bei di dalam peperangan untuk menegakkan Dinasti Han yang telah rapuh.
Setelah Liu Bei wafat, Liu Bei mengamanatkan padanya untuk memulihkan kembali kekuasaan Dinasti Han dan ’mengambil’ alih kekuasaan kalau-kalau anak Liu Bei, Liu Chan, tidak becus dalam menjalankan negara. Walaupun Liu Chan terbukti tidak cakap, Zhuge Liang masih menghargainya sebagai kaisarnya. Hal pertama yang dia lakukan adalah mengamankan daerah Nanman. Dan pada tahun 225 M dia menginvasi daerah Nanman dan berhasil menangkap pemimpinnya, Meng Huo. Zhuge Liang kemudian menawarkan status aliansi kepada Nanman yang kemudian ditolak oleh Meng Huo. Setelah Zhuge Liang menangkap dan melepaskan Meng Huo sebanyak tujuh kali, akhirnya Meng Huo mau menerima penawaran itu dan menjadi aliansi untuk Shu.
Setelah mengamankan daerah selatan dan memastikan tidak akan ada pemberontakkan dari Nanman maka kampanye utara pun dilaksanakan. Pada tahun 227 M Zhuge Liang menginvasi Tian Shui dan berhasil merekrut seorang prajurit Wei yang cakap, Jiang Wei,untuk bergabung dengan Shu (Jiang Wei kemudian ditunjuk menjadi penerus dari Zhuge Liang pada pertempuran di WuZhang (Battle of WuZhang).
Tahun 228 M Dia mengirimkan anak buahnya, Ma Su untuk mengambil daerah Jie Ting. Dan perang antara Shu yang dikomandani oleh Ma Su dengan Wei yang dikomandani oleh Sima Yi terjadi. Ma Su yang telah dilarang oleh Zhuge Liang untuk mendirikan perkemahan di puncak gunung bersikeras melakukannya dengan alasan agar lebih mudah menghancurkan perkemahan musuh. Namun, tak terpikirkan oleh Ma Su, ternyata hal itu malah membuat Wei menjadi mudah menyerang. Pasukan Wei dipimpin oleh Zhang He menaiki bukit menuju perkemahan Shu yang membuat Ma Su mundur dan kalah telak. Pada akhirnya, Ma Su yang dijadikan penjahat negara dieksekusi mati oleh atasannya sendiri, Zhuge Liang.
Tahun 229 M Zhuge Liang kembali mengambil alih komando perang, kali ini di Chen Cang. Chen Cang yang merupakan daerah Wei yang dilindungi oleh Sima Yi. Lagi-lagi perang antara Zhuge Liang dan Sima Yi terjadi. Alhasil, walaupun Chen Cang yang terutama gerbang utamanya itu sangat terlindungi, namun dengan segala perlengkapan berat Shu, Chen Cang akhirnya jatuh ke tangan Zhuge Liang.
Pertempuran WuZhang – Kematian Zhuge Liang
Kampanye utara ini tak berakhir sampai di Chen Cang, tapi Zhuge Liang meneruskannya sampai ke dataran Wu Zhang. Pada tahun 234, Zhuge Liang memimpin 100.000 pasukan untuk melanjutkan ekspedisinya setelah melakukan tiga tahun persiapan sejak ekspedisi terakhirnya. Pada saat yang sama Zhuge Liang mengirimkan utusan ke Dong Wu agar Wu dapat menyerang Wei pada saat bersamaan. Pada tahun yang sama, pasukan Shu telah sampai ke daerah Wuzhang dekat Sungai Wei dan mendirikan kemah di sana. Sementara komandan Cao Wei, Sima Yi telah menyiapkan 200.000 pasukan dan bersiap di tepi selatan Sungai Wei.
Sima Yi tidak mau menantang pasukan Shu, namun lebih memilih untuk membuat pasukan Shu mundur karena kehabisan perbekalan. Zhuge Liang mengerti akan kondisi ini dan memerintahkan pasukannya untuk bercocok tanam agar tidak kehabisan bahan pangan (kebijakan ini dipopulerkan oleh Cao Cao). Pasukan Shu sendiri tidak menyerang, melainkan menunggu penyerangan yang dilakukan oleh Wu ke Wei sebelum menyerang pasukan Wei. Pasukan Shu menantang pasukan Wei untuk bertempur beberapa kali, tapi Sima Yi tetap tidak mau melawan musuh.
Sesudah itu Zhuge Liang mengirimkan pakaian wanita ke Sima Yi, ia berkata bahwa Sima Yi adalah wanita karena tidak berani menyerang. Para perwira pasukan Wei sangat marah terhadap hal ini, namun Sima Yi tetap tidak terpancing untuk menyerang. Untuk menenangkan perwiranya Sima Yi meminta izin Kaisar Wei Cao Rui untuk menyerang musuh. Cao Rui mengerti akan situasi di sana dan mengirimkan penasihatnya Xin Pi ke Sima Yi untuk memberi tahu para pasukan Wei agar tetap bersabar.
Zhuge Liang akhirnya jatuh sakit karena kelelahan; kondisinya semakin hari semakin buruk. Saat mendengar tentang hal ini Kaisar Shu, Liu Chan mengirim Li Fu untuk bertanya kepada Zhuge Liang tentang apa rencana yang telah disusun untuk kerajaan Shu kedepannya. Zhuge Liang yang memang seorang ahli perhitungan ramal juga sebelumnya telah meramalkan bahwa dirinya sulit lolos dari maut di pertempuran kali ini. Ia lalu mengamanatkan bahwa Jiang Wan dapat mengambil posisinya sebagai Perdana Menteri kelak; dan setelah Jiang Wan meninggal Fei Yi dapat mengambil posisinya. Zhuge Liang juga memberikan instruksi bagaimana cara pasukan Shu untuk mundur secara bertahap dari Hanzhong.
Kabar mengenai Zhuge Liang yang sudah jatuh sakit ini akhirnya sampai ke telinga Sima Yi. Sebelum mulai perang terbuka, Zhuge Liang mengirimkan surat kepada kaisar Wu, Sun Quan, meminta untuk menyerang Wei dengan harapan Wei akan kekurangan pasukan ketika melawan Shu di Wu Zhang nanti. Kerajaan Wu meluluskan permintaan tersebut namun tidak dengan sepenuh hati dikarenakan hanya untuk menghargai aliansi Wu-Shu. Wu yang akhirnya menyerang istana He Fei milik Wei malah mengalami kekalahan. Tapi bagaimanapun perang di Wu Zhang harus tetap dimulai.
Akhirnya pada tahun 234 M Zhuge Liang mengumumkan perang terbuka terhadap Wei yang dikomandani oleh Sima Yi. Walaupun sakit, Zhuge Liang tetap mengomando pasukan Shu sampai akhirnya dia wafat ketika perang belum berakhir. Zhuge Liang yang bekerja terlalu keras dan penuh tekanan, telah membuat dirinya sakit pada operasi penyerangan yang keenam. Zhuge Liang meninggal dunia di Wu Zhang Yuan pada usia 53 tahun. Namun, sebelum meninggal dia memilih Jiang Wei sebagai penerus komando pasukan. Jiang Wei selanjutnya memerintahkan untuk menutupi kematian Zhuge Liang dari Wei sampai mereka tiba dengan selamat di lembah Baoye untuk kembali ke Hanzhong.
Sima Yi sendiri takut jika berita bahwa Zhuge Liang sudah mati adalah berita bohong dan merupakan kesempatan bagi Zhuge Liang untuk menyergapnya. Pada waktu itu juga ada cerita yang mengatakan bahwa Sima Yi mundur karena ia melihat patung kayu yang dipakaikan baju Zhuge Liang, sehingga seolah-olah Zhuge Liang masih hidup. Berita tentang Sima Yi melarikan diri dari Zhuge Liang yang telah mati menyebar, dan muncul kalimat “Zhuge yang telah mati menakuti Zhong Da yang masih hidup”. Zhongda adalah nama nama kehormatan milik Sima Yi.
Namun Sima Yi yang merasakan keganjilan akan strategi yang Shu pakai berkesimpulan kalau Zhuge Liang sudah wafat. Dengan kesimpulan tersebut, dia membuat tentara Wei makin bersemangat dan membuat Jiang Wei harus mundur kembali ke Shu Han. Setelah perang berakhir, Sima Yi pergi ke sisa-sisa perkemahan Shu yang telah kosong dan menganugerahi Zhuge Liang sebagai ’The greatest mind under heaven’.  Setelah itu ia menyimpulkan bahwa ia seharusnya terus mengejar pasukan Shu. Namun setelah tiba di lembah Baoye, mereka kekurangan persediaan makanan, maka itu pasukan Sima Yi akhirnya kembali ke sungai Wei.
Kematian Zhuge Liang membawa kerugian besar bagi Kerajaan Shu. Kematian Zhuge Liang menjadi awal kemunduran bangsa Shu yang akhirnya menyerah kepada Wei pada tahun 263 M (sekitar 30 tahun setelah Zhuge Liang wafat). Zhuge Liang tidak dapat memenuhi keinginan Liu Bei untuk mengembalikan kejayaan Dinasti Han; dimana dia gagal dalam menuntaskan misinya yang terakhir untuk menguasai Luo Yang. Pada tahun 265 M menteri negara Wei bernama Sima Yan (cucu dari Sima Yi) merebut kekuasaan dari keluarga Cao dan mendirikan negara Jin. Akhirnya pada tahun 280 M China resmi dipersatukan di bawah Dinasti Jin yang akan berkuasa selama lebih dari 150 tahun berikutnya.
Ia adalah salah satu tokoh sentral di balik berdirinya Tiga Kerajaan. Bersama Lima Jenderal Harimau (Five Tiger) dan Liu Bei, dia menjadikan negara Shu menjadi kuat dan makmur di masa nya. Kebesaran nama Zhuge Liang menyebabkannya digelari salah satu dari 6 perdana menteri terbesar dalam sejarah Tiongkok. Beberapa cerita Zhuge liang yang menarik lainnya, misalnya : Seratus Ribu Buah Anak Panah Zhou Yu.
Tempat Bersejarah Zhuge Liang
Jika pembaca ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai tokoh Zhuge Liang ini, pembaca dapat berkunjung ke Wo Long Gang (Wolong Hill) di kota Nan Yang. Di sana terdapat benda-benda bersejarah tentang Zhuge Liang, termasuk rumah tinggal Zhuge Liang, tempat belajar/membaca buku Zhuge Liang, dan sebagainya. Tempat bersejarah ini dilindungi oleh Pemerintah RRC dan digunakan sebagai tempat tujuan pariwisata.
Catatan :
* Tokoh Huang Yue Ying sejarahnya masih kabur. Namanya tidak tercatat dalam sejarah;Huang Yueying hanyalah sebuah nama yang diberikan kepadanya dalam cerita rakyat, opera Cina , karya fiksi, dsb.
Sumber :
Wikipedia
Xuezhengdao


Five Tiger Generals [五虎将] atau Lima Jenderal Harimau mengacu pada lima jenderal militer dari negara Shu Han pada masa Perang tiga Negara (Sam Kok). Lima Jenderal yang dimaksud adalah Guan Yu, Zhang Fei, Zhao Yun, Ma Chao dan Huang Zhong yang dikenal karena keberanian mereka. Istilah ini muncul dalam novel roman Tiga Kerajaan yang ditulis oleh Luo Guanzhong; dimana Liu Bei, pendiri dari kerajaan Shu Han, memberikan gelar “Lima Jenderal Harimau” sebagai penghargaan atas jasa-jasa mereka dalam berperang. Sebenarnya sejarah dari sebutan “Lima Jenderal Macan ini” tidak diketahui secara pasti. Riwayat para jenderal memang ada, tetapi tidak pasti apakah mereka diberi gelar pada saat hidup  atau setelah meninggal sebagai penghormatan . Istilah “Lima Jenderal Harimau” ini kemungkinan besar hanya merupakan gaya bahasa  yang digunakan dalam novel. Berikut informasi mengenai lima jenderal yang terkenal tersebut :

Nama Lengkap: Guan Yunchang
Lahir: A.D. 162
Meninggal: A.D. 219
Anak: Guan Ping (anak angkat, A.D. 182), Guan Xing (A.D. 193), Guan Suo (A.D. 194)
Cucu: Guan Tong (anak dari Guan Xing, A.D. 224), Guan Yi (anak dari Guan Xing, A.D. 226)
Guan Yu – 關羽 (nama panggilan Yunchang) adalah seorang jenderal yang melayani panglima perang Liu Bei pada akhir Dinasti Han Timur dari China. Dia memainkan peran penting dalam perang sipil yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Han dan pembentukan negara Shu Han di periode Tiga Negara, dimana Liu Bei adalah kaisar pertamanya. Guan Yu juga mengangkat saudara dengan Liu Bei dan Zhang Fei. Selama masa Pemberontakan Selendang Kuning, Guan Yu bersama-sama Liu Bei dan Zhang Fei saling bahu membahu. Guan Yu meninggal pada tahun 219 setelah menolak untuk menyerah kepada Sun Quan (yang bekerja sama dengan Negara Wei, Caocao) sehingga dia bersama anak angkatnya, Guan Ping, dihukum mati.
Sebagai salah satu tokoh sejarah China yang terkenal di seluruh Asia Timur, kisah hidup Guan Yu sebagian besar telah ditemukan dalam novel sejarah roman Tiga Kerajaan atau diturunkan dari generasi ke generasi, di mana perbuatan dan kualitas moralnya telah diakui. Guan Yu dihormati sebagai lambang kesetiaan dan kebenaran. Guan didewakan sejak awal Dinasti Sui dan masih dipuja oleh banyak orang China sampai saat ini, terutama di bagian selatan China, Taiwan, Hong Kong, dan komunitas China perantauan yang ada di luar negeri. Dia adalah seorang tokoh dalam agama rakyat China, populer di kalangan Konfusianisme, Taoisme dan Buddhisme China. Banyak orang membuat tempat sembahyang kecil untuk menghormati Guan Yu, termasuk di toko-toko tradisional China dan restoran. Ia sering disebut Guan Gong (Guan yang terhormat) dan Guan Di (Kaisar Guan).
Nama Lengkap: Zhang Yide
Lahir: A.D. 167
Meninggal: A.D. 221
Anak: Zhang Bao (A.D. 192), Zhang Shao (A.D. 198)
Zhang Fei – 張飛 (nama panggilan Yide) adalah seorang jenderal militer yang bertugas di bawah panglima perang Liu Bei pada akhir Dinasti Han Timur dan awal periode Tiga Negara. Zhang Fei dan Guan Yu adalah dua orang yang berada di paling awal untuk bergabung dengan Liu Bei. Mereka lalu mengikat hubungan persaudaraan dengan junjungan mereka, Liu Bei, dan menemaninya pada sebagian besar eksploitasi perjalanan awal. Zhang Fei bertempur di berbagai pertempuran untuk Liu Bei, termasuk pertempuran Red Cliffs (208-209), pengambilalihan Provinsi Yi (212-215) dan penyerangan/kampanye Hanzhong (218-219).
Dia dibunuh oleh bawahannya, Fan Jiang dan Zhang Da, dengan alasan karena Zhang Fei kadang memerintahkan suatu hal yang tidak masuk akal kepada mereka dalam waktu yang sangat singkat dan sering mendapat perlakuan yang buruk. Konon sikap Zhang Fei berubah menjadi brutal setelah saudara angkatnya Guan Yu meninggal dan dia ingin segera membalas dendam. Zhang Fei meninggal pada tahun 221 hanya setelah beberapa bulan negara bagian Shu Han yang didirikan oleh Liu Bei berdiri di awal tahun itu.
Nama Lengkap: Zhao Zilong
Lahir: A.D. 158
Meninggal: A.D. 228
Saudara: Zhao Lei (saudara angkat)
Anak: Zhao Tong (A.D. 209), Zhao Guang (A.D. 210)
Zhao Yun – 趙雲 (nama panggilan Zilong) adalah seorang jenderal militer yang tinggal di akhir Dinasti Han Timur dan awal periode Tiga Negara. Dia awalnya menjadi bawahan panglima perang utara Gongsun Zan. Zhao Yun kemudian datang untuk melayani Liu Bei dan sejak saat itu dia menemani Liu pada sebagian besar eksploitasi awal, seperti pertempuran Changban (208) dan penyerangan/kampanye Hanzhong (217-219). Dia terus melayani di negara bagian Shu Han pada periode Tiga Kerajaan, berpartisipasi pada ekspedisi Utara pertama Zhuge Liang, sampai kematiannya pada tahun 229. Banyak fakta tentang kehidupan Zhao Yun tidak jelas karena informasi yang terbatas dalam sumber-sumber sejarah. Beberapa aspek dan kegiatan dalam kehidupannya telah sangat didramatisasi atau berlebihan dalam cerita rakyat dan fiksi, terutama di sejarah Roman Tiga Kerajaan karangan penulis Luo Guanzhong, di mana ia dipuji sebagai anggota dari Lima Jenderal Harimau di bawah Liu Bei.
Nama Lengkap: Ma Mengqi
Lahir: A.D. 176
Meninggal: A.D. 225
Ayah: Ma Teng
Saudara: Ma Xiu (A.D. 178), Ma Tie (A.D. 180)
Sepupu: Ma Dai (A.D. 174)
Ma Chao – 馬超 (nama panggilan Mengqi) adalah seorang jenderal perang militer yang tinggal di akhir Dinasti Han Timur dan awal periode Tiga Negara. Dia merupakan anak tertua dari Ma Teng dan keturunan Ma Yuan. Ma Chao menggerakkan tentara sang ayah bekerja sama dengan saudara Ayahnya, Hansui, untuk membalas dendam setelah Cao Cao menipu ayahnya datang ke Ibukota dan membunuhnya bersama saudara ayahnya yang lain, Ma Xiu dan Ma Tie. Ma Chao bergabung dengan pasukan Liu Bei setelah dibujuk oleh Zhuge Liang pada saat dia sedang bertarung mati-matian dengan Zhang Fei pada penyerangan/ekspansi Liu Bei ke daerah Xichuan. Setelah Kerajaan Shu berdiri, Ma Chao bertanggung jawab menjaga perbatasan utara dari serangan kaum barbarian dan dari Kerajaan Wei. Dia muncul sebagai karakter utama dalam sejarah Roman Tiga Kerajaan karangan penulis Luo Guanzhong, sebagai salah satu dari Lima Jenderal Harimau di bawah komando Liu Bei.
Nama Lengkap: Huang Hanshen
Lahir: A.D. 148
Meninggal: A.D. 221
Huang Zhong – :黃忠 (nama panggilan Hansheng) adalah seorang jenderal militer yang melayani panglima perang Liu Bei pada akhir Dinasti Han Timur. Ia terkenal karena kemenangannya di Pertempuran Gunung Dingjun (219), di mana dia dan pasukannya menyerang seorang jenderal Caocao yang terkenal, Xiahou Yuan, yang tewas dalam aksi serangan itu. Huang Zhong meninggal pada tahun 221 setelah terluka parah pada pertempuran yang terakhirnya ketika Kerajaan Shu melancarkan serangan ke Kerajaan Wu untuk membalas dendam kematian Guan Yu. Ketika itu dia sudah berusia lebih dari 70 tahun, karena hal itu keselamatannya sangat dikuatirkan oleh Liu Bei yang jarang mengirimnya ke pertempuran-pertempuran yang berbahaya. Huang Zhong selalu digambarkan dalam novel sejarah Roman Tiga Kerajaan sebagai seorang jenderal tua yang memiliki semangat muda dan konstitusi. Dia juga termasuk satu dari Lima Jenderal Harimau di bawah komando Liu Bei.

Dewa juga sulit menemukan seorang Manusia Berakhlak Mulia

Ada sebuah cerita mengenai Lu Dongbin menjadi Dewa, dan hendak mewariskan kekuatan gaibnya kepada seorang murid yang tidak mempunyai sifat serakah. Untuk menemukan murid yang sesuai dengan kriterianya, Lu Dongbin memikirkan sebuah rencana dan merubah dirinya menjadi seorang tua yang menjual kue bola manis. Ia memasang satu tulisan di kiosnya: “Satu koin satu kue bola, dua koin makan sepuasnya”.
Banyak orang datang makan kue bolanya hari itu, tetapi tidak ada yang membayar satu koin untuk satu kue bola, semua memilih dua koin agar dapat makan sepuasnya. Hari semakin larut, tiba-tiba datang Seorang anak muda dan membayar satu koin, memakan satu kue bola manis, lalu segera meninggalkan tempat.
Lu Dongbin merasa senang dengan pembeli tersebut, lalu ia berusah mengejarnya dan bertanya pada orang itu, “Mengapa Anda tidak membayar dua koin dan bisa makan sepuasnya?”
Anak muda itu menjawab dengan menyesal, “Saya hanya mempunyai sisa satu koin saja.”
Mendengar jawaban anak muda tersebut, Lu Dongbin mendesah dan terbang ke langit. Setelah itu ia tidak pernah menerima seorang murid pun sepanjang hidupnya. Bahkan seorang dewa pun sulit menemukan seseorang yang tidak rakus dan tidak mempunyai keinginan.
Di dalam kehidupan sehari-hari, semua orang sibuk memikirkan untuk bertahan hidup dan berusaha untuk hidup lebih baik,hanya ada sedikit orang yang mau berpikir mengapa semua berjalan seperti demikian. Alasannya sangat sederhana, karena kehidupan telah membuat manusia terbawa oleh keinginan yang berlandaskan nama baik dan kepentingan diri sendiri. Nama baik adalah sesuatu yang hampa dan bisa memuaskan kesombongan seseorang, sedangkan kepentingan diri sendiri adalah sesuatu yang nyata serta memuaskan keinginan dan kebutuhan kita.
Manusia demi kebutuhan hidupnya, lambat laun telah menjadi egois dengan selalu berpikir pada pencapaian terpenuhinya kebutuhan untuk kepentingan diri sendiri, yang kemudian berubah makin lama menjadi semakin besar. Tanpa disadari keinginannya menjadi sangat melambung dan pikiran mereka menjadi bodoh dan semakin kacau balau.
Manusia tidak ingin menanggalkan keinginannya dan ingin mendapatkan kepentingan diri sendiri lebih dan lebih banyak lagi. Seseorang mungkin saja mempunyai banyak rumah besar, tetapi orang tersebut hanya butuh satu ranjang untuk tidur. Seseorang mungkin saja mempunyai banyak mobil mewah, tetapi dia hanya bisa naik satu mobil setiap kali.
Berbeda dengan seorang Kultivator, yang senantiasa berusaha mempunyai standar yang lebih tinggi. Mereka terus berusaha meningkat sampai level di atas orang biasa dan mempertahankan kemurnian seperti bunga lotus yang mekar di atas kolam berlumpur.
Kultivasi berarti melepaskan segala jenis keinginan dan keterikatan hati. Mereka harus terus berasimilasi pada Sejati; Baik; Sabar, sampai mencapai pemahaman yang benar dari arti tidak mementingkan diri sendiri dan mengutamakan orang lain terlebih dahulu, dan terus meningkatkan kultivasi hingga mencapai kesempurnaannya.
Sumber : minghui.org; erabaru.net
60 Tai Sui [六十 太歲 星君] DEWATA PENGUASA WAKTU TAHUN



"Tai Sui" in the 60-year cycle (1924 - 1983) (1984 - 2043)


60 Tai sui [六十 太歲 星君]

Tai Sui (太岁) adalah bintang tepat di seberang dari Jupiter Mereka mempengaruhi zodiak Cina serta Cina Metaphyics.

Dalam zodiak Cina, ini 60 pengawal surga, membantu Kaisar Langit dalam mengambil alih kesejahteraan dari kejadian di Dunia. Masing-masing membutuhkan waktu berubah dan bertanggung jawab untuk satu tahun. Karena sebagian besar dari mereka memiliki latar belakang militer, mereka biasanya dikenal sebagai Jenderal Militer.

Setiap fitur dan senjata mereka menandakan kesejahteraan tahun itu. Sebagai contoh, jika Tai Sui tahun adalah salah satu yang memegang pena, itu menandakan kerusuhan politik untuk tahun tersebut. Di sisi lain, jika Tai Sui tahun memegang tombak atau pedang itu menandakan kebutuhan untuk bekerja keras dan unggul untuk tahun itu.

Dalam Taoisme, mereka yang tahun kelahirannya mengalami ciong  atau konflik tanda mereka dengan Tai Sui disarankan untuk pergi melakukan ci suak dan  meminta berkah dalam memperoleh Perdamaian perlindungan dari tai sui sepanjang tahun

60 Tai Sui Bagan:


1. Great General Jin Bian -1984, 2044 (Replay +60)

2. Great General Chen Cai-1985, 2045

3. Great General Geng Zhang -1986, 2046

4. Great General Shen Xing -1987, 2047

5. Great General Zhao Da -1988, 2048

6. Great General Guo Chan -1989, 2049

7. Great General Wang Ji -1990, 2050

8. Great General Li Su -1991, 2051

9. Great General Liu Wang -1992, 2052

10. Great General Kang Zhi -1993, 2053

11.Great General Shi Guang -1994, 2054

12. Great General Ren Bao - 1995

13. Great General Guo Jia - 1996

14. Great General Wang Wen

15. Great General Lu Xian

16. Great General Long Zhong

17. Great General Dong De

18. Great General Zheng Dan

19. Great General Lu Ming

20. Great General Wei Ren

21. Great General Fang Jie

22. Great General Jiang Chong

23. Great General Bai Min

24. Great General Feng Ji - 2007

25. Great General Zhou Dang - 2008

26. Great General Fu You

27. Great General Wu Heng

28. Great General Fan Ning

29. Great General Pang Tai

30. Great General Xu Dan

31. Great General Zhang Ci 2014

32. Great General Yang Xian 2015

33. Great General Guan Zhong 2016

34. Great General Tang jie

35. Great General Jiang Wu

36. Great General Xie Tai - 2019

37. Great General Lu Mi - 2020 (R)

38. Great General Yang Xin

39. Great General He E

40. Great General Pi Shi

41. Great General Li Cheng

42. Great General Wu Zhu

43. Great General Wen Zhe

44. Great General Miao Bing

45. Great General Xu Hao

46. Great General Cheng Bao

47. Great General Ni Mi

48. Great General Ye Jian - 2031

49. Great General Qui De - 2032

50. Great General Zhu De

51. Great General Zhang Chao

52. Great General Wan Qing

53. Great General Xin Ya

54. Great General Yang Yan

55. Great General Li Qing

56. Great General Fu Dang

57. Great General Mao Zi

58. Great General Shi Zheng

59. Great General Hong Chong -2042

60. Great General Yu Cheng - 2043

Sembayang Chiong




Sembayang Ciong ini dimulai pada tanggal 1-15 bulan pertama kalender tionghoa. (Sebelum Festival Cap Go Me). Maksud sembayang ciong adalah untuk menghindar hal-hal buruk ( yang tidak disebabkan bukan karena karma atau dosa ) yang akan terjadi dalam 1 tahun di tahun tersebut terhitung dari tanggalan tionghoa tanggal 1 bulan 1 sampai dengan 30 bulan 12. Dengan diakhiri sembayang terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa di Hari Tung Che, atau Tang Chue.

Pengertian Tai shui ( 太歲 )

Tai Sui Ye sebenarnya adalah sebuah konteks tentang ruang (arah) dan waktu yang dihitung berdasarkan Tian Gan Di Zhi. Pada tahun-tahun yang berbeda, konteks arah dan waktutersebut berubah, istilahnya arah dan waktu yang "berkuasa" pada setiap tahunnya berubah. Arah dan waktu ini mempengaruhi Qi yang dipercaya kuat pengaruhnya terhadap permasalahan di alam ini, termasuklah di dalamnya manusia (nasib).

Tiap orang yang lahir pada waktu tertentu membawa unsur-unsur dan elemen-elemen yang terdiri dari 5 elemen, 10 batang langit, 12 cabang bumi dan 24 jieqi. Untuk Tai Sui ini, yang diperhatikan cuma 10 batang langit dan 12 cabang bumi dari waktu kelahirannya doang. Dalam tahun-tahun tertentu karena qi yang "berkuasa" berbeda, maka nasib manusia juga akan berbeda menurut unsur-unsur kelahiran yang dibawanya. Bila kebetulan unsur yang dbawa bertubrukan dengan qi yang "berkuasa" pada tahun itu, keadaan inilah yang kita sebut sebagai "Fan Tai Sui" sekilas dapat saya terjemahkan sebagai "Berlawanan dengan Tai Sui".

Anggap saja, Tai Sui itu merupakan suatu arus air, setiap manusia digambarkan sebagai kapal-kapal yang berlayar di atasnya. Setiap tahunnya, arus air tersebut berubah-rubah sesuai faktor alam yang mempengaruhinya. Tentu saja arus air ini juga mempengaruhi gerak kapal yang berlayar tadi. Ada yang arahnya berlawanan dengan arus air mungkin akan mengalami kesulitan berlayar maju, bagi kapal yang arahnya sama, tentu saja gerak maju ke depan itu sangat termudahkan. Yang berlawanan
dengan arus tadi dapat kita padankan dengan keadaan "Fan Tai Sui".

Untuk memudahkan, keadaan Qi setiap tahunnya ini kemudian di" manusia " kan (didewakan) oleh orang-orang Tao yang berkembang di Tiongkok pada zaman Han. Setiap tahunnya, Qi yang "berkuasa" dilambangkan sebagai seorang Dewa Tai Sui (Jenderal Tai Sui) yang kita kenal dengan nama "Tai Sui Ye". Jumlah keseluruhannya adalah 60 jenderal dengan nama berbeda yang berkuasa setiap tahunnya sesuai nama tahun yang berbeda menurut Tian Gan Di Zhi. Tahun Monyet 2016 yang berkuasa adalah Jenderal Guan Zhong

Jenderal Tai Sui ini ibaratnya adalah sebuah jabatan Perdana Menteri di kerajaan langit. Merupakan jabatan yang paling berkuasa dalam tahun itu dan cuma di bawah daripada kekuasaan Kaisar Langit, Yu Huang Da Di. Lalu. Setiap tahunnya, kursi jabatan ini bergiliran diduduki oleh jenderal yang berbeda yang jumlahnya 60
orang.

Dewa Penjaga Tai Sui

Seng Hong Ya (太歲爺) adalah penguasa di alam baka namun kekuasaanya juga termasuk di dunia fana. Beliau juga dipuja sebagai contoh pejabat tinggi yang jujur dan ideal. Sehingga bila berselisih mereka akan pergi ke Seng Hong Bio (Kelenteng Seng Hong) untuk saling bersumpah.

Pada peringatan hari ulang tahunnya diadakan upacara gotong Toapekong dengan thema Seng Hong Ya menginspeksi rakyatnya. Seng Hong Ya termasuk Dewata pelindung dari segala macam yang tidak baik. Para pemujanya datang untuk memperoleh perlindungan dan di akhir tahun melakukan Wan Hok kepadanya.

Thay Swee Ya adalah salah satu dari Dewata-dewata Bintang. Masing-masing Dewata Bintang menguasai nasib seseorang dalam setahun. Menurut perhitungan Thian Kan (Pilar Langit) dan Tee Ci (Cabang Bumi). Bintang Thay Swee muncul pada 60 tahun dari satu periode perhitungan astrologi Tiongkok. Dalam kata lain ada 60 Bintang Thay Swee. Di kuil Pek In Koan di Beijing terdapat altar yang menghormati ke-60 Dewa Bintang tersebut.

Menurut perhitungan tersebut, bila Shio seseorang sama dengan lambang (shio) pada tahun berjalan, maka kondisi semacam ini dinamakan Ciong Thay Swee (kurang harmonis). Ia harus lebih banyak melakukan sembahyang kepada Thay Swee Ya, supaya terhindar dari hal-hal yang merugikannya.

Kong Tek Cun Ong (廣澤尊王) adalah Dewata Pelindung dari berbagai malapetaka air, api, perampokan dan lain-lain. Penampilan Beliau adalah dengan satu kaki bersilah dan yang satunya terjuntai ke bawah memakai baju kebesaran Raja Muda.

Kong Tek Cun Ong hidup di Dinasti Song (Abad IX) sezaman dengan Ma Co Po. Beliau dipuja bersama-sama dengan Seng Ma dan biasa dipanggil Po An Kong Tek Cun Ong, sebuah gelar yang dianugerahkan Kaisar Kong Si dari Dinasti Ching. Kelenteng Hong San Sie di Si San adalah tempat dimana Beliau mencapai kesempurnaanya duduk bertapa di atas sebuah batu bundar.

Tabel "Fan Tai Sui" Tiap Shio Setiap Tahun

Tahun ( Shio)   : Shio Tikus
Bahaya alam    : Shio Tikus
Bahaya Hukum : Shio Kuda
Bahaya Ciong  : Shio Kelinci
Bahaya Luka   : Shio Tikus Ayam

Tahun ( Shio)  : Shio Kerbau
Bahaya Alam   : Shio kerbau
Bahaya Hukum : Shio Kambing
Bahaya Ciong  : Shio Naga
Bahaya Luka   : Shio Anjing

Tahun ( Shio)   : Shio Macan
Bahaya Alam   : Shio Macan
Bahaya Hukum : Shio Monyet
Bahaya Ciong  : Shio Ular
Bahaya Luka   : Shio Babi

Tahun ( Shio)   : Shio Kelinci
Bahaya Alam   : Shio kelinci
Bahaya Hukum : Shio Ayam
Bahaya Ciong  : Shio Kuda
Bahaya Luka   : Shio Tikus

Tahun ( Shio)  : Shio Naga
Bahaya Alam   : Shio Naga
Bahaya Hukum  : Shio Anjing
Bahaya Ciong   : Shio Kambing
Bahaya Luka   : Shio Kerbau

Tahun ( Shio)   : Shio Ular
Bahaya Alam   : Shio Ular
Bahaya Hukum  : Shio Babi
Bahaya Ciong   : Shio Monyet
Bahaya Luka   : Shio Harimau

Tahun ( Shio)   : Shio Kuda
Bahaya Alam   : Shio Kuda
Bahaya Hukum  : Shio Tikus
Bahaya Ciong  : Shio Ayam
Bahaya Luka   : Shio Kelinci

Tahun ( Shio)  : Shio Kambing
Bahaya Alam   : Shio Kambing
Bahaya Hukum  : Shio Kerbau
Bahaya Ciong   : Shio Anjing
Bahaya Luka   : Shio Naga

Tahun ( Shio)   : Shio Monyet
Bahaya Alam   : Shio Monyet
Bahaya Hukum : Shio Harimau
Bahaya Ciong  : Shio Babi
Bahaya Luka   : Shio Ular

Tahun ( Shio)   : Shio Ayam
Bahaya alam    : Shio Ayam
Bahaya Hukum : Shio Kelinci
Bahaya Ciong   : Shio Tikus
Bahaya Luka   : Shio Kuda

Tahun ( Shio)   : Shio Anjing
Bahaya Alam   : Shio Anjing
Bahaya Hukum : Shio Naga
Bahaya Ciong  : Shio Kerbau
Bahaya Luka   : Shio Kambing

Tahun ( Shio)   : Shio Babi
Bahaya Alam   : Shio Babi
Bahaya Hukum  : Shio Ular
Bahaya Ciong : Shio Harimau
Bahaya Luka  : Shio Monyet

Sembayang macan putih

Untuk menjaga keselamatan jiwa dan rohani. biasanya orang yang mengalami ciong ini untuk menghidari hal - hal yang bisa mencelakakan dirinya apakah kecelakaan lalu lintas, perkara pengadilan dan sebagainya. Mengenai hal ilmiah saya kurang tahu mungkin ada yang mengerti, saya mengerti hanya sepintas

Dewa Penjaga Pai hu (macan Putih)

Pe Hou Ciang Kun (白虎將軍) adalah salah satu Dewata Bintang yang berwujud harimau putih. Ada lagi Dewata Bintang yang berwujud Anjing Langit  (Thian Kauw), Naga Hijau (Cheng Liong), namun mereka dipuja di atas tanah bukan di atas altar. Nasib jelek selalu ingin dihindarkan oleh manusia, oleh karenanya mereka memuja Dewata Bintang agar terlepas dari nasib jelek. Beliau adalah salah satu Dewata Pelindung yang paling dihormati oleh rakyat.

Sembayang Ciong Thian Kou

Sembayang ini biasanya untuk menjaga keselamatan agar tidak mengalami kejahatan kriminalitas atau karir dapat gunjingan, untuk menjaga diri dari bentuk gangguan secara fisik.

Dewa penjaga Thian Kou

Li Bing, seorang Gubernur dari propinsi Xi Chuan, yang hidup di zaman dinasti Qin. Pada masa itu, Sungai Min (Min Jiang, salah satu cabang Sungai Yang Zi yang bermata air di wilayah Xi Chuan), seringkali mengakibatkan banjir di wilayah Guan Kou (dekat Cheng Du). Sebagai gubernur yang peka akan penderitaan rakyat, Li Bing mengajak putranya Li Er Lang, meninjau daerah bencana dan memikirkan penanggulangannya.

Li Bing bertekad mengakhiri semua ini, dan berusaha menyadarkan rakyat bahwa bencana dapat dihindarkan asal mereka mau bergotong-royong memperbaiki aliran sungai. Usaha ini tentu saja ditentang para dukun yang melihat bahwa mereka akan rugi apabila rakyat tidak percaya lagi kepada mereka.

Untuk menghadapi mereka, Li Bing mengatakan bahwa putrinya bersedia menjadi pengantin Raja Naga untuk tahun itu. Ia minta sang dukun memimpin upacara. Sebelumnya, Li Bing memerintahkan Er Lang untuk menangkap seekor ular air yang besar, dimasukkan ke dalam karung dan disembunyikan di dasar sungai.

Pada saat diadakan upacara mengantar pengantin di tepi sungai, Li Bing mengatakan kepada dukun kepala bahwa ia ingin sang Raja Naga menampakkan diri agar rakyat bisa melihat wajahnya. Sang dukun marah dan mengeluarkan ancaman. Tapi Li Bing yang bertekad mengakhiri praktek yang kejam ini berkeras agar sang dukun menampilkan wujud Raja Naga.

Karena keadaan yang telah memungkinkan untuk bertindak, Li Bing memerintahkan putranya Li Er Lang agar terjun ke sungai dan memaksa sang Raja Naga keluar. Setelah menyelam sejenak Er Lang muncul kembali sambil menyeret bangkai ular air itu ke tepi sungai. Penduduk menjadi gempar. Li Bing mengatakan bahwa sang Raja Naga yang jahat sudah dibunuh. Rakyat tak perlu khawatir akan gangguan lagi dan tak usah mengorbankan anak gadisnya setiap tahun.

Setelah itu, Li Bing mengajak rakyat untuk mengendalikan Sungai Min. Usaha ini akhirnya berhasil dan rakyat daerah itu terbebas dari bencana banjir. Untuk memperingati jasa-jasa Li Bing dan Er Lang, di tempat itu kemudian didirikan kelenteng peringatan.

Er Lang Shen banyak dipuja di propinsi Xi Chuan. Beberapa kelenteng besar yang didirikan khusus untuknya terdapat di Guan Xian dengan nama Guan Kou Miao; di Cheng Du, Bao Ning, Ya An dan beberapa tempat lainnya dengan nama Er Lang Miao (Kelenteng Er Lang). Selain Xi Chuan, propinsi Hu Nan juga memiliki beberapa Er Lang Miao yang cukup kuno.

Er Lang Shen (二郎神) ditampilkan sebagai seorang pemuda tampan bermata tiga, memakai pakaian keemasan, membawa tombak bermata tiga, diikuti seekor Anjing Langit (Thian Kou 天狗), kadang-kadang ditambah dengan seekor elang. Beliau dianggap sebagai Malaikat Pelindung Kota-Kota di tepi sungai. Namun sering juga ditampilkan bersama Tai Shang Lao Jun sebagai pengawal.

Sembayang lima setan

Energi Lima setan Atau (Ngo Kuei) Bekerja lewat perasaan. Maksudnya orang yang sedang ciong energi lima setan perasaan mudah iri dan diganggu oleh orang lain. Lima energi negatif dimaksud lima setan adalah sakit, iri hati, sombong, malas, dan mudah marah. Biasanya sembahyang untuk menjaga diri dari gangguan lima setan, biasanya mudah terserang penyakit, berpengaruh kepada kesehatan dan gangguan dari mahluk halus.

Dewa penjaga lima setan
" Ngo Houw Ciang Kun Ciong Hud Sin Ling " Tay Ya El Ya (Ngo Kuei)

Dewa Ngo Kuei (五鬼) adalah Dewa Pelindung melindungi umatnya dari masalah yang tidak baik. [Anita Lee / Jayapura]