Translate

Senin, 02 November 2015

Kisah Anak Katak
Semua Kan Indah Pada Waktu nya

Seekor anak katak sangat takut saat langit tiba-tiba gelap.

”Bu, Apa kita akan binasa, Kenapa langit tiba-tiba gelap ?”,
ucapnya sambil memegang erat pada induknya.

Sang Ibu menjawab dengan senyuman,
“Anakku, itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu pertanda baik.”
Jelas induk katak.

Dan anak katak itupun mulai tenang.
Namun ketenangan itu tak berlangsung lama.
Tiba-tiba angin bertiup kencang.

Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil.

”Ibu, itu apa lagi ? Apa itu yang kita tunggu?”, tanya si anak sambil bersembunyi.

“Anakku. Itu cuma angin,
itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang !” tambahnya dengan tenang.

Blarr …..!!! suara petir menyambar-nyambar,
Kilatan cahaya putih menjadikan suasana begitu menakutkan.

“Sabar, anakku !! Itu cuma petir.
Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang, keluarlah.

Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu.
Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang”,
ungkap sang induk dengan tenang.

Anak katak itupun keluar dari balik tubuh induknya.
Ia mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liuk,
dan sambaran petir yang begitu menyilaukan.

Tiba-tiba, ia berteriak, “Ibu, hujan datang ! Horeeee …….. !!!.

Anugerah hidup kadang tampil melalui cara yang tidak diinginkan.
Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu.
Tidak diantar oleh pelayan-pelayan yang cantik rupawan.
Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Dan saat itulah, tidak sedikit manusia yang pada akhirnya dipermainkan keadaan.
Persis seperti anak katak yang sangat ketakutan saat langit hitam,
angin yang bertiup kencang dan kilatan petir yang menyilaukan.

Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.
Tanda-tanda di turunkan segala kelimpahan.

“Jangan takut melangkah,
jangan sembunyi dari kenyataan,
sabar dan hadapi saja.

Karena dalam kesukaran, kepanikan dan kegalauan hidup pasti kan ada jalan.
Semua pasti kan indah pada waktunya”

Sumber:
Berita Vimala Dharma - Edisi Oktober 2012
Bagian: Artikel
Hal.25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar