Seorang gadis yang menyewa rumah bersebelahan dengan rumah seorang Ibu miskin yang hidup dengan seorang anaknya. Pada suatu malam, tiba-tiba listrik di daerah mereka mati. Dalam kegelapan si gadis ke dapur untuk mencoba mencari beberapa batang lilin yang disimpannya dengan bantuan cahaya handphone yang dimilikinya. Ketika si gadis telah menemukan dan ingin menghidupkan sebatang lilin, ia mendengar ada seseorang yang datang dan mengetuk pintu rumahnya.
Setelah gadis membuka pintu rumahnya, ternyata yang bertamu adalah anak miskin yang tinggal di sebelah rumahnya.
Dengan wajahnya yang polos, anak itu bertanya kepada si gadis. “Kakak, apakah kakak punya lilin?”. Dengan wajahnya yang polos dan terlihat agak sedikit khawatir. Kemudian, terlintas sebuah fikiran dalam hati si Gadis, “Aku tidak boleh memberikan sebatang lilin padanya, nanti pasti jadi kebiasaan!”. Lalu dengan cepat si gadis menjawab, “Maaf dik, saya nggak punya lilin!”.
Mendengar jawaban si Gadis tersebut, lalu anak tersebut segera menjawabnya dengan wajah polos yang dihiasi oleh senyuman, “Saya sudah bisa menebak, Kakak pasti tidak punya lilin. Ini, saya punya dua lilin. Satu untuk saya, satu lagi buat Kakak. Saya merasa khawatir karena kan Kakak tinggal sendirian. Dalam keadaan yang gelap seperti ini tanpa lilin, saya merasa khawatir jika terjadi apa-apa”.
Melihat wajah polos dan mendengar suaranya yang lembut, si Gadis langsung berlinang air mata. Dia segera memeluk gadis kecil itu erat-erat.
Mungkin sebagian dari anda sudah pernah baca kisah inspirasi ini. Tapi sebenarnya banyak sekali makna yang bisa diambil dari kisah sebatang lilin di atas. Mengingat fakta yang sebagian besar orang-orang saat ini memiliki kehidupan yang seakan anti sosial. Tidak mau tahu, cuek, apatis, nggak peduli, individu, rasanya seperti hidup hanya sendiri dan tidak memerlukan bantuan orang lain. Bukan hanya di kota-kota besar saja, menurut saya ini sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan zaman sekarang.
Tapi, kita bisa melihat bagaimana kepedulian dan ketulusan anak kecil di atas. Sekalipun hidup miskin, ia mencoba memberikan sesuatu yang mungkin tidak berharga, namun sangat berarti dalam situasi tertentu.
Harta atau kekayaan bukan bergantung dari seberapa banyak yang kita punya. Tapi seberapa mampukah kita untuk berbagi kepada mereka yang tidak mampu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar