Translate

Senin, 21 Desember 2020

Asal Usul Festival Dongzhi


Asal Usul Festival Dongzhi

Dong zhi berasal dari kata
冬天 dong tian = musim dingin 至 zhi = paling/sangat
冬至 dong zhi = Musim Dingin Solstice

Dongzhi adalah dimana hari dengan siang terpendek dan malam terpanjang di bumi bagian utara.
Setiap tanggal 21 atau 22 Desember, masyarakat Tionghua di seluruh dunia merayakan suatu festival yang dinamakan Dong Zhi Jie (perayaan makan onde) atau biasa kita kenal dengan Wedang Ronde. Menurut tradisi orang Tionghua, perayaan ini merupakan salah satu festival penting, sama pentingnya dengan perayaan Tahun Baru Imlek, Festival Perahu Naga, dan Festival Kue Bulan.
Ada banyak versi awal mula festival musim dingin, namun dunia maya hanya merangkum kisah yang paling umum dan terkenal. Berikut Asal Usul Festival Dongzhi:

1. Cerita Pembangunan Istana Raja
Pada zaman dahulu di negeri Cina, ada Seorang Kaisar (tidak disebutkan namanya dan kapan ia berkuasa) hendak membangun istana. Maka dia memanggil semua tukang di seluruh negeri untuk mewujudkan keinginannya. Ada tukang kayu, tukang batu, tukang cat, tukang meja kursi, tukang emas dan tukang-tukang lainnya yang masing-masing terbaik dibidangnya.

Kaisar akan menobatkan mereka dengan gelar Da Shi Fu (Guru Handal) atau ahli, jika mereka bisa membuatkan istana yang bagus untuknya. Mendapat gelar Ahli membuat semua tukang bekerja dengan penuh semangat. Berita ini sampai juga terdengar di telinga tukang masak, dia juga merasa bahwa memasak adalah sebuah keahlian, kemudian dia menghadap Kaisar dan meminta Raja untuk menobatkan dirinya menjadi Maha Guru Tukang setelah istana sudah selesai dibangun. Namun semua tukang tidak memandang memasak sebagai keahlian. Bahkan mereka menganggap bahwa memasak adalah mudah dan jika tukang masak diberi gelar Ahli, maka gelar itu tidak ada artinya, kemudian mundurlah tukang masak dengan kecewa.

Saat itu kebetulan sedang musim dingin. Ketika hari sudah mulai menjelang siang dan ditambah udara dingin di luar, dan perut para tukang mulai keroncongan, mereka meninggalkan kerjaan sejenak dan menuju tempat makan. Tapi tidak tersedia satupun makanan diatas meja hidangan. Terpaksa para tukang melanjutkan kerjaan dengan perut lapar dan kedinginan. Banyak yang akhirnya berhenti bekerja, dan pembangunan istana menjadi terhenti.

Raja kembali memanggil tukang masak, untuk minta membuatkan makanan bagi para tukang, dan dia berjanji akan memberikan penghargaan Maha Guru Tukang setelah istana selesai dibangun. Saat itu didapur hanya ada beras ketan dan sejumlah bumbu masak. Maka dengan keterampilan si tukang masak, beras ketan itu ditumbuk menjadi tepung ketan, dan diolahnya menjadi bola-bola kecil ada yang putih dan sebagian lagi berwarna merah, dan kemudian direbus dan dihidangkan dengan kuah yang manis dan diberi jahe. Sup bola-bola kecil yang hangat itu terlihat sangat bagus karena perpaduan warna merah dan putih. Kuah yang manis dan hangat membuat para tukang mempunyai tenaga untuk tetap bekerja di musim dingin.

Dan dalam sekejab, istana Raja yang indah selesai dibangun sebelum perayaan musim Semi. Sejak saat itu masyarakat Tiongkok setiap musim dingin, mulai memasak sup bola-bola kecil yang biasa disebut dengan 湯圓 Tang Yuan atau Onde-onde (dari tepung ketan dengan/tanpa isi di dalamnya yang dimakan/disajikan dengan kuah) untuk mengingat jasa tukang masak yang telah membantu pembangunan istana Raja.

2. Solstice (Titik Balik Matahari) 
Menurut catatan sejarah, festival ini mulai dirayakan masyarakat Tiongkok sejak masa Dinasti Han. Dasar dari perayaan ini adalah merayakan datangnya keseimbangan kosmos dan alam semesta.
Pada tanggal 21 atau 22 Desember, terjadi peristiwa yang dikenal dengan sebutan Titik Balik Matahari Matahari berada pada posisi paling selatan (23,5° LS). Pada saat itu, sinar matahari merupakan yang paling lemah dan siang sangat pendek. Bagi sobat, yang tinggal di Indonesia daerah tropis, peristiwa titik balik matahari ini tidak kerasa bedanya, namun bagi sobat yang tinggal di belahan bumi lain, titik balik ini sangat terasa.

Pada zaman dahulu, tradisi perayaan ini dimulai dengan adat pemujaan kepada dewata dan leluhur, untuk bersyukur. Setelah upacara syukuran selesai, orang-orang akan berkumpul bersama keluarga, teman, saudara untuk sama-sama menikmati Sup Onde yang hangat dan manis. Sebagai suatu simbol dari kekeluargaan dan kebersamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar