Translate

Jumat, 25 Desember 2020

Moral Sementara


MORAL SEMENTARA

Kisah di bawah ini mengilustrasikan bagaimana rapuhnya memiliki moral yang sementara.

Kebodohan dari Orang Dungu 

Moral yang sementara, umum, dangkal seharusnya tidak dinilai terlalu tinggi, karena tidak stabil, dan tidak sejati. Sebagai ilustrasi, orang yang bodoh bisa dijadikan contoh. Mereka yang mempunyai kekuatan mistis sangatlah jarang, sangatlah sulit bertemu dengan orang seperti itu meskipun hanya sekali seumur hidup. Suatu saat, seorang yang dungu, bodoh bertemu dengan orang yang sakti itu, dan dianugerahi dengan sebuah hadiah. Dia meminta obat pencahar yang umum ada di setiap rumah. Begitulah dia kehilangan kesempatan berharga yang langka dan hal yang berharga. 

Pada suatu hari, seorang desa yang bodoh bertemu dengan Sakka, Raja dewa. Ketika Sakka menganugerahinya sebuah hadiah, orang bodoh itu meminta sebuah korek dan kotak korek yang bisa membuat nyala api dengan seketika. Sakka memberikan benda-benda ini, tetapi korek api adalah benda umum di dunia ini. Orang itu menerima sesuatu yang tidak berharga sama sekali. 

Di Ava, di abad keenam belas, seorang Raja, ketika berburu bertemu dengan seorang sakti yang mempunyai kekuatan yang bisa memenuhi sebuah permintaannya. Lalu Raja itu meminta seorang bidadari sehingga dia bisa mendapatkan kenikmatan duniawi yang besar. Dia mendapatkan apa yang diinginkan, tetapi kenikmatan kesenangan duniawi sangatlah umum. Lebih lanjut, Raja itu tersesat dan bidadari itu menghilang. Dia hanya mendapatkan kepuasannya satu kali dan kemudian dia meninggal di hutan itu dengan pikiran kacau, merindukan bidadari itu. 

Cerita di atas dengan jelas menunjukkan bahwa kesempatan yang langka ini harus diraih dengan pengetahuan dan kebijaksanaan, sehingga bermanfaat. Ketika Sang Buddha muncul dan Buddha Sāsana masih eksis, seorang murid tidak seharusnya puas dengan moral yang umum dan inferior, yang tidak bisa diandalkan. Seorang yang bijaksana seharusnya berjuang untuk moral berharga yang stabil dan langka, yang tak ternilai dan khas. Mereka yang menganggap tinggi moral yang sementara dan tak stabil adalah seperti orang bodoh itu yang meminta benda umum ketika dianugerahi hadiah. Cacat dari moral yang sementara seharusnya disadari.

Dikutip dan diterjemahkan dari:

A Manual of The Dhamma
Dhamma Dīpanī
By
Ledi Sayādaw
Aggamahāpaṇḍita, D. Litt
Penerjemah: Agus Wiyono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar