Translate

Selasa, 05 Januari 2016

Bodhisattva Manjusri / Wen Shu Shi Li Pou Sat / 文殊師利菩薩



Nama "Bodhisattva Manjusri" adalah perkataan bahasa sanskerta yang artinya "Nasib Baik Yang Mendatangkan Kesuksesan Yang Mentakjubkan". Di dalam tradisi Buddha Mahayana, Bodhisattva Manjusri itu dianggap Pribadi Maha Agung yang telah memiliki Kebijaksanaan Tinggi di antara para Bodhisattva. Bersama-sama dengan Bodhisattva Samantabhadra, beliau adalah merupakan pembantu utama Buddha Sakyamuni.

Beliau di dalam daftar semua Bodhisattva, termasuk yang paling utama di bidang menegakkan Buddha Dharma, beliau juga dinamai "Pangerannya Dharma". Menurut kitab suci Agama Buddha yang bemama "Sutra Shurangama Samadhi", beliau telah menjadi Buddha, pada Kalpa-Kalpa (hitungan waktu berjuta-juta tahun), yang tak terhitung lamanya, di masa yang lampau, dan dinamai "Sang Tathagata Yang Telah Mengatasi, Atau Telah Dapat Membangunkan Benih Ular Naga, Atau Telah Mampu Membangunkan Kundalini Saktinya". 

Walaupun beliau sekarang ini, manifestasi sebagai pembantu utama Hyang Buddha Sakyamuni, dan berada di sebelah kanannya Hyang Buddha Sakyamuni. Menurut Sutra-Sutra dan Sastra-Sastra Buddhis, beliau adalah Sang Guru dari banyak sekali pribadi-pribadi yang telah menjadi Buddha di masa-masa yang lampau; dengan kata lain, beliau telah membimbing banyak orang-orang yang telah memetik buah Ke-Buddha-an. Dengan demikian Bodhisattva Manjusri ini lalu dinamai "Sang Ibunya para Buddha di Tiga Alam. 

Di dalam Sutra-Sutra Buddhis, terdapat banyak cerita-cerita yang memberi gambaran bahwa beliau telah mengajarkan kepada pribadi-pribadi yang mengadakan pembinaan diri, dengan sarana kebijaksanaan beliau. Manifestasi beliau yang bersifat sementara di dalam "Memegang Pedang untuk Memperkuat Keberadaan Hyang Buddha atau Ajaran Agama Buddha " itu mengungkapkan kebijaksanaan beliau untuk melenyapkan keragu-raguan para Bodhisattva pendamping Hyang Buddha, yang kurang mampu dalam memberikan kecerahan, atau menolong untuk mencapai pencerahan Agung, kepada orang-orang lain, agar mereka dapat memperdalam Dharma. 

Beliau itu selalu mempergunakan kata-kata yang negatif, yang berisi penantangan, dan diucapkan secara tiba-tiba, untuk memperingatkan manusia-manusia yang berbuat salah. Di dalam Agama Buddha Sekte Mahayana, beliau menggaris-bawahi, pertama-tama, melalui metode-metode, atau cara-cara, yang sifatnya untuk dipakai sementara waktu saja, (bersifat provisional method). Di dalam sebuah Sutra, yang bernama Avatamsaka Sutra, beliau telah mendorong, memacu, seorang yang bernama Sudhade, untuk mencari Dharma, hingga 53 (lima puluh tiga) kali. Doktrin, atau Ajaran dari Agama Budha Mahayana, Sekte Dhyana, adalah sama dengan Ajaran dari Sang Bodhisattva, mengenai "pintu-Dharma".

Sejak Dinasti Hsin yang memerintah Wilayah Timur, umat Buddha di Tiongkok, telah mempercayai Bodhisattva Manjusri. Gunung Suci Wu Tai, di Propinsi Shansi, dikenal sebagai Bodhimanda-nya Bodhisattva Manjusri. Para penganut Agama Buddha, yang mempercayai Bodhisattva Manjusri, menjadikan Gunung Suci tersebut, sebagai Pusat Kepercayaan Keagamaan.

Di Kutip Dari Buku Mengenal Para Bodhisattva

Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar