Translate

Minggu, 03 Januari 2016


KASIH SAYANG Y.M. BHANTE MAHA KASSAPA DALAM MENERIMA DANA ORANG MISKIN

Satu Ketika, Sang Buddha tinggal menetap di Veluvana, kota Rajagaha pada waktu itu Yang Mulia Bhikkhu Maha Kassapa sedang Dhutangga (Praktik terus menerus penghapusan kegelapan bathin), duduk bersamadhi didalam goa Pipphaliguha.

Beliau bersamadhi dengan satu sikap selama tujuh hari kemudian keluar bermaksud pergi pindapattta ke daerah penduduk yang sangat miskin. Pada pagi harinya beliau pergi berpindapata kekota Rajagaha, 500 dewi istri para Raja Sakka menunggu dijalan menanti beliau dan berniat memperpembahkan dana berupa makanan dalam 500 wadah emas murni.
Y.M. Bhikkhu Maha Kassapa menegur 500 dewi itu, “Kalian telah melakukan perbuatan baik semuanya, memiliki harta kekayaan yang banyak, saya akan membantu orang yang miskin dan kesusahan”, hal ini dilaporkan kepada Raja Sakka dan ia berkata “Yang Mulia Bhante Maha Kassapa keluar dari Samadhi datang pindapatta merupakan kesempatan untuk memberikan kebajikan, siapa saja yang berdana makanan akan mendapatkan kebajikan yang sangat besar, beliau ingin memberikan kebajikan ini untuk orang yang susah dan miskin saja (Ketika Bathin telah yakin, tidak pernah ada persembahan dana yang disebut sedikit)

Y.M.Bhikkhu Kassapa berjalan menelusuri pedesaan, tak menyerah sampai disitu Raja Sakka dan istrinya menyamar sebagai kakek miskin renta, merasa iba Y.M. Maha Kassapa menerima persembahan, namun beliau merasa heran, mengapa makanan persembahan mereka begitu baik, dengan kekuatan bathinnya beliau mengetahui bahwa kedua insan itu adalah Raja Sakka dan Istrinya, Y.M. Maha Kassapa pun berkata “Anda telah merampas kesempatan kebajikan yang pantas menjadi harta kekayaan bagi orang miskin dan telah melakukan perbuatan yang berat, insan miskin manapun apabila dapat berdana kepada saya hari ini, akan mendapatkan kedudukan sebagai senapati ataupun Hartawan, Mulai hari ini dan selanjutnya mohon Yang Mulia jangan mempersembahkan makanan seperti ini kepada saya”. Raja Sakka dan Istrinya kemudian bertutur “Yang Mulia Berkata Benar” dan merekapun berpradaksina (mengelilingi dengan penuh rasa hormat dengan bahu kanan sebanyak tiga kali) lalu terbang kembali kesurga.

Buddha kemudian memuji “Baik Dewa atau manusia akan merasa puas kepada Bhikkhu yang melakukan Pindapatta dengan prilakunya seperti Bhikkhu Maha Kassapa”.
Niat baik yang bergerak dari bakti kepada Buddha, Dhamma dan Sangha sangat menentukan kualitas perbuatan seseorang, bukan besarnya jumlah, mewahnya tata cara melainkan “Pengertian yang Benar dan Pandangan luhur” harus selalu menjadi landasan kita berpikir, bertutur dan bersikap.

Teguran kepada Raja Sakka juga menjadi catatan bagi kita agar dalam berdana janganlah muncul keserakahan demi mendapatkan jasa luar biasa, renungkan apa yang telah dikorbankan oleh Buddha Sakyamuni dalam 4 Ashankeyya dan 100 Maha Kappa untuk menjadi Buddha, pengorbanan waktu, perhatian, jiwa, raga, bahkan penyempurnaan latihan dalam hal kesabaran, berdana, cinta kasih dan seluruh paramita untuk mendapatkan Dhamma. Seluruhnya tanpa pamrih dan dipersembahkan demi kebahagiaan seluruh mahluk hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar