Translate

Kamis, 07 Januari 2016


  • Penderitaan Ekstra ...
    Ada dua macam penderitaan. 
    Yang pertama adalah penderitaan alami, 
    yang semua orang terkena. 
    Apakah penderitaan alami itu? -
    Saya akan memberi contoh: Sembilan bulan sepuluh hari kita duduk di dalam perut ibu, itulah penderitaan; lahir, terkena udara dingin, menangis, itulah penderitaan; penyakit yang bermacam-macam, itulah penderitaan; umur lanjut, badan menjadi lemah sekali, semangat menurun, itulah penderitaan; lalu akhirnya mati. °

    Semua itu penderitaan alami.
    Siapa yang bisa menghindarinya?
    °

    Tetapi, ada penderitaan yang nomor dua. 
    Ini penderitaan ekstra. °

    Siapa yang memberikan penderitaan ekstra? °

    Yang memberikan penderitaan ekstra,
    yang membuat penderitaan ekstra itu adalah: diri kita sendiri. 
    Keinginan tidak tercapai, menderita.
    °

    Apalagi kemudian cari pasangan, yang sudah diincar, terutama yang muda-muda, meleset, menderita, amat menderita, seolah-olah habislah dunia ini, lalu ingin bunuh diri. Inilah penderitaan ekstra yang dibuat sendiri. Tetapi, akhirnya dapat istri yang cocok, cantik, setia, bahagia. Lima tahun kemudian bosan. Cari yang lain dengan diam-diam. Dapat, bahagia, lalu diketahui sang istri, penderitaan luar biasa. Apakah semua ini bukan penderitaan ekstra?
    °

    Menghadapi penderitaan alami seringkali kita merasa tidak mampu.
    Mengapa harus membuat penderitaan ekstra lagi? °

    Bila tertarik dengan keinginan yang bermacam-macam sampai bisa menimbulkan penderitaan ekstra, itu karena ulah “provokator”. °

    Siapakah yang menjadi provokator? Dimanakah provokatornya? °

    Provokator itu persis berada di dalam diri kita sendiri.
    Mata melihat yang bagus, timbul senang, itu wajar. Tidak ada masalah! Masalah timbul kalau ada provokator. °

    Apa pekerjaannya provokator? Ngipas-ngipas, merayu-rayu, “Itu bagus, kalau kamu punya kan bagus. Kamu kan bisa senang terus.” itulah provokator yang di sebut nafsu keserakahan. °

    Kalau provokatornya makin gencar, “Apa saja lakukanlah, pokoknya yang bagus itu milikmu.” Itulah pekerjaan provokator.

  • hw4ngs4n71Mata melihat sesuatu, ada keserakahan, lalu timbullah keinginan untuk “lagi-lagi-lagi…”. Telinga, hidung, lidah, tangan kita, kontak dengan yang menimbulkan kenikmatan, provokator ngipasi, “Lagi, lagi, lagi, enak kan.” -
    Keinginan untuk “lagi-lagi-lagi.” itu kalau kita ikuti terus akan menjadi ketagihan atau kemelekatan, akibatnya adalah penderitaan ekstra.
    -
    ( Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar