Translate

Minggu, 24 Januari 2016

  • Tanya jawab dengan Bhikku Uttamo ...
    Kalo pada saat Kathina kenapa kita harus bersujud kepada bhikkhu Sangha?

    Padahal Sangha itu manusia. Kan gak boleh?
    Karena di agama mana pun tidak diperkenankan sujud-menyembah sesama manusia.

    Seharusnya kita bersujud dan beribadah kepada Buddha.
    Mohon petunjuk Bhante.

    Jawaban :
    Sujud atau dalam istilah Buddhis lebih dikenal sebagai namaskara atau namaskara dilakukan dengan menyentuhkan dahi di lantai di antara kedua telapak tangan. 
    Sujud adalah salah satu tradisi India tempat Agama Buddha berasal. Sujud dalam Agama Buddha dapat disetarakan dengan bersalaman dalam tradisi Eropa. Bahkan, lebih luhur daripada sekedar bersalaman, sujud menjadi lambang sikap merendah. 
    Kepala yang biasa di atas, kini diposisikan di bawah, sejajar dengan telapak kaki dan tangan. Ketika seseorang mampu melakukan tindakan tersebut, ia sudah berusaha melatih mengurangi ego atau keakuan. 
    Ia sudah mulai meningkat kualitas batinnya. Ia mulai menyadari bahwa di luar dirinya terdapat fihak-fihak yang layak mendapatkan penghormatan. 
    Oleh karena itu, sujud dapat dilakukan selain terhadap Buddharupang atau arca Buddha, juga dapat dilakukan kepada orangtua, kakak, guru dan tentu saja, kepada para bhikkhu anggota Sangha yang juga merupakan sesama manusia.

    Selain mengurangi keakuan, sujud dapat pula menjadi sarana menambah kebajikan melalui badan, ucapan serta pikiran. 
    Pada saat bersujud, seseorang hendaknya melakukan dengan konsentrasi penuh. Dengan demikian, ia telah melakukan kebajikan melalui badan, yaitu menghormat mereka yang patut di hormat. 
    Ia juga melakukan kebajikan dengan ucapan dan pikiran, karena pada saat bersujud, ia mungkin menyebut dalam batin kalimat ‘Semoga semua mahluk berbahagia’. Jadi, semakin sering seseorang bersujud, semakin banyak pula kebajikan yang ia lakukan dengan badan, ucapan dan pikiran. 
    Oleh karena itu, dalam tradisi Buddhis, sujud justru dianjurkan dilakukan sesering mungkin, bukan hanya waktu perayaan Kathina.


  • Umat Buddha terbiasa bersujud di depan altar Buddha ketika datang ke vihara dan hendak meninggalkan vihara. 
    Umat Buddha juga boleh bersujud kepada para bhikkhu saat bertemu di vihara atau hendak berpamitan.

    Meskipun dalam Agama Buddha sujud dianjurkan untuk sering dilakukan, namun sujud bukanlah keharusan. 
    Seorang umat Buddha hendaknya menyadari terlebih dahulu manfaat sujud untuk peningkatan kualitas dirinya sendiri, bukan untuk Buddharupang maupun para bhikkhu. 
    Buddharupang maupun para bhikkhu tidak bertambah baik ketika mendapatkan sujud dari umat Buddha. 
    Namun, umat Buddha sendirilah yang mendapatkan kebajikan serta berkurang keakuannya ketika melakukan sujud kepada Buddharupang maupun para bhikkhu.

    Semoga penjelasan ini menambah pengertian bahwa umat Buddha justru memperoleh lebih banyak manfaat saat ia bersujud daripada mereka yang dijadikan obyek sujud.

    Semoga semua mahluk selalu hidup berbahagia.
    -
    Salam metta,
    B. Uttamo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar