Translate

Minggu, 03 Januari 2016




SADARNYA SACCAKA SI PENDEBAT

Janganlah berniat jahat menjatuhkan seseorang dengan mengajukan argumen pada kebenaran
Saccaka berusaha mencari kesalahan Buddha dan menempatkan diri dengan angkuh sebagai pendebat tiada tara yang dapat menggetarkan nyali lawan bicaranya.
Ketika bertemu Yang Mulia Bhikkhu Assaji (murid Buddha) ia bertanya “Bagaimana caranya Buddha Gotama mendisiplinkan siswa-siswa, Guru Assaji; dan dengan cara bagaimana biasanya Buddha Gotama memberikan instruksi-instruksi kepada para siswanya itu?”
“Ini adalah bagaimana Sang Bhagava itu mendisiplinkan siswa-siswanya duhai Saccaka dan dengan cara demikian instruksi-instruksi dari Sang Bhagava itu biasanya disampaikan kepada para siswa: ‘Bhikkhu, bentuk itu adalah tidak kekal, pencerapan adalah tidak kekal; bhikkhu, bentuk itu adalah bukan pribadi, perasaan itu adalah bukan pribadi, bentukan-bentukan adalah bukan pribadi, dhamma-dhamma itu adalah semua bukan pribadi.’ Itu adalah cara bagaimana Sang Bhagava mendisiplinkan para siswa”
“Apabila ini adalah apa yang dikemukakan oleh Buddha Gotama, ternyata kita mendengar tentang apa yang salah. Sekarang, seandainya, pada suatu waktu atau waktu lain, kita dapat bertemu dengan Guru Gotama, seandai kita dapat mengadakan beberapa pembicaraan dengan beliau? Seandai ucapan beliau tetap tidak berubah dan tetap mempertahankan pendapat Beliau kepadaku seperti apa yang diucapkan oleh satu di antara murid-murid terkenal Beliau, yaitu Yang Mulia Bhikkhu Assaji, maka dengan argumentasi aku akan menyeret Buddha Gotama, menyeret ke sana kemari dan menyeret ke sekeliling, tepat seperti halnya seorang laki-laki perkasa menangkap lembu jantan pada rambutnya dan menyeretnya ke sana kemari
Buddha bertanya kepada Saccaka apakah kehidupan ini dapat dimiliki seperti kekuasaan seorang Raja dalam memutuskan sesuatu dan menjatuhkan hukuman pada seseorang? Saccaka menjawab ya! Kemudian Buddha bertanya, jika demikian dapatkah engkau mengendalikan perubahan atas diri, pikiran, kesadaran dan keadaan Bathinmu? Saccaka terdiam walau Buddha telah bertanya sampai kedua kalinya, pada saat itu raja para dewa yaitu Dewa Sakka dengan memegang kapak di tangannya, berdiri melayang di udara, tepat di atas kepala Saccaka dan berkata :
“Saccaka, apabila kamu tidak mau menjawab pertanyaan Sang Tathagata yang telah diajukan untuk ketiga kalinya, maka Aku akan membelah kepalamu menjadi tujuh bagian.”hingga
kemudian Saccaka ketakutan dan menjawab, tidak, saya tidak dapat mengendalikan perubahan atas diri, pikiran, kesadaran dan keadaan batinku! Demikian ketakutannya ia tertunduk lesu....
“Perhatikanlah, Saccaka perhatikan bila menjawab. Apa yang kamu katakan sebelumnya tidaklah sama dengan apa yang kamu katakan sesudahnya, atau apa yang kamu katakan sesudah itu adalah tidak sama dengan sebelumnya. Bagaimana kamu menerimanya dengan akalmu tentang hal ini ?Mengapa jawabanmu berubah Saccaka? Ketika ditanya, Saccaka terdiam.....
Demikianlah Buddha memberi jawaban kepada Saccaka, pada kenyataannya Saccaka sadar bahwa niat jahat dan argumen yang tidak tepat pada kebenaran tidaklah bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar