Translate

Selasa, 05 Januari 2016

KISAH UPASIKA LAJA
(Persembahan Yang Berbuah Cemerlang)

Suatu hari lewat Bhante Maha Kassapa yang baru selesai bermeditasi tujuh hari tujuh malam, memasuki Niroda Samapati. Maha Kassapa berjalan berpindapatta untuk menerima dana yang akan dipersembahkan oleh umat. Begitu melihat Bhante Maha Kassapa lewat, dia mengatakan "Bhante, berhenti dulu saya ingin berdana". Wanita ini yang bernama Upasika Laja mengambil segenggam jagung yang sudah digoreng, membungkusnya, dan memasukkannya ke dalam mangkok Bhante Maha Kassapa.
Upasika ini mengatakan "Bhante, berikanlah berkahmu padaku." Maha Kassapa menyebutkan "Icchitam pattitam tumham. Kippameva samijhatu —Dengan kekuatan kebaikanmu semoga semua cita-citamu tercapai".

Upasika Laja ini begitu bahagia pada waktu Bhante Maha Kassapa pulang ke vihara. Dia mengikuti Beliau dari belakang. Di tengah-tengah pematang sawah muncul seekor ular yang menggigit Bhante Maha Kassapa. Tetapi karena jubahnya turun sampai ke bawah, ular ini hanya berhasil menggigit kain jubah dan tidak berhasil menggigit Bhante Maha Kassapa. Upasika Laja yang mengikuti dari belakang kemudian dipatuk, digigit oleh ular yang berbisa itu.

Sesampai di vihara, Laja kaku membiru kemudian meninggal. Karena Upasika Laja ini meninggal dengan pikiran yang amat bahagia, maka Upasika Laja ini dilahirkan di alam sorga.

Tiap-tiap pagi, sebagai dewa, Upasika Laja datang ke kuti Bhante Maha Kassapa. Dia menyapu, membersihkan kuti Bhante Maha Kassapa dan mengisi air di kolam yang sudah kosong.

Dia berpendirian, "Kalau saya berdana segenggam jagung goreng bisa menyebabkan saya dilahirkan di alam sorga, alangkah besar manfaatnya kalau saya berdana lebih daripada itu dan saya berdana setiap hari. Oleh karena itu meskipun saya sebagai dewa, saya tetap akan berdana dengan membersihkan pondok Bhante Maha Kassapa.

Tiap-tiap hari Bhante Maha Kassapa bangun dan membuka pintu, semua sudah bersih. Semua sudah teratur dengan baik. Bhante Maha Kassapa berpikir, "Siapakah yang mengerjakan ini?" Mungkin ada bhikkhu-bhikkhu muda yang membantu saya. Tetapi Bhante Maha Kassapa tidak berhasil menjumpai siapa yang membantu.

Suatu hari Bhante Maha Kassapa berusaha untuk mengintip siapakah yang membersihkan pondoknya. Akhirnya dilihat seorang dewa membersihkan pondok Bhante Maha Kassapa. Bhante Maha Kassapa bertanya, "Siapakah engkau?"
"Bhante, inilah aku muridmu".
"Aku tidak pernah punya murid dewa", kata Bhante Maha Kassapa.

Dewa ini kemudian bercerita, "Aku adalah wanita miskin, Bhante. Yang hanya mampu berdana segenggam jagung goreng. Pada waktu itu aku digigit ular dan karena aku meninggal dengan perasaan bahagia dan kebaikan luar biasa, aku dilahirkan sebagai dewa.

Sekarang aku ingin berbuat kebaikan yang lebih banyak. Kalau aku hanya berdana sekali dengan segenggam jagung goreng menyebabkan aku dilahirkan di alam dewa sorga, alangkah tinggi manfaatnya. Alangkah tinggi buahnya kalau aku berbuat baik setiap hari kepada Bhante".

Maha Kassapa mengatakan, "Kamu ini dewa, sebagai bhikkhu aku mempunyai kewajiban sendiri. Pergilah ke alammu sendiri, tidak usah membantu saya".
Dewa ini pergi dengan menangis. Pada saat dia terbang untuk kembali ke alam dewa. Sang Buddha melihat peristiwa ini mencegat di tengah perjalanan. Betapa bahagianya dewa ini. Diusir oleh Bhante Maha Kassapa, murid Sang Buddha, sekarang Sang Buddha sendiri datang menemui dia. Sang Buddha mengatakan, "Janganlah bersedih hati. Ya demikianlah kewajiban bhikkhu. Bhante Maha Kassapa memang mempunyai keistimewaan. Dia ingin hidup sederhana dan menyelesaikan tugasnya sendiri".

Sang Buddha kemudian mengatakan, "Kalau seseorang ingin berbuat baik janganlah kebaikan itu ditunda-tunda". Karena buah kebaikan adalah kebahagiaan, begitu juga hendaknya dalam berbuat kebajikan janganlah mengharapkan pamrih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar