Translate

Selasa, 05 Januari 2016


NILAI PERENUNGAN PADA BUDDHA, DHAMMA & SANGHA 

Salah satu jasa besar yang dapat mengantarkan kita terlahir dialam Surga dengan penuh kegemilangan adalah "Berlindung pada Tri Ratna", dengan melafalkan Paritta Tisarana. Kita tidak hanya sekedar melafalkan saja. Kita seharusnya memahami arti dari ‘Berlindung pada Tri Ratna’. 

Dahulu kala Pertapa Sumedha tergerak hatinya untuk menjadi Buddha, niat suci dan mulianya adalah menyelamatkan mahluk hidup dan memberi kebahagiaan, dihadapan Buddha Dipankhara pertapa Sumedha mengucapkan sumpah. Apa yang terjadi setelah itu?

Bodhisatta Sumedha kemudian melatih diri dan menebus ke Buddhaan itu dalam waktu 4 Asankheyya dan 100 Maha Kappa hingga kelak menjadi Buddha Sakyamuni (1 kappa adalah Empat Milyar Tiga Ratus Dua Puluh Juta Tahun).

Dalam waktu yang lama itu beliau menyempurnakan Sila, Dana, Keteguhan, Kewaspadaan, Semangat, Kesabaran, Ketabahan, Cinta kasih, Belas kasih, Keseimbangan bathin dan sifat luhur lainnya, setiap kehidupannya penuh dengan latihan.

Betapa luar biasa waktu 4 Asankheyya dan 100 Maha Kappa itu, beliau tidak berhutang apapun pada kita, tetapi demi kasih sayang dan pengetahuan untuk membebaskan seluruh mahluk hidup, beliau menyempurnakan diri.

Jadi renungkanlah setiap kita melakukan kebajikan, rendah hatilah karena kebajikan Buddha lebih tiada tara, setiap kita mengalami kesusahan ingatlah bahwa Bodhisatta Sumedha yang kemudian kelak menjadi Buddha lebih menderita dalam setiap latihannya, setiap kita dihina dan merasa rendah ingatlah bahwa Buddha sungguh rendah hati, ia putra Raja yang kemudian membawa mangkuk Pata dan mendapatkan makanan dari persembahan umat dan kepada sang pemberi ia kelak mendapatkan jasa tiada tara, setiap kita di intimidasi ingatlah keteguhan Bodhisatta Sidhatta dalam detik-detik menjelang pencapaian ke Buddha an ia di kepung oleh Mara dan Pasukan bersenjatanya, dari hardikan hingga bujukan beliau tidak bergeming bahkan semua kiriman buruk Mara berupa Abu panas, Senjata membara yang jatuh dari langit untuk mencelakai Nya berubah menjadi bunga dan tagara wangi...

Bahkan setelah menjadi Buddha, beliau hanya tidur beberapa jam, membabarkan khotbah Dhamma dengan berjalan kaki dari desa kedesa, Buddha menegur ketidak patutan, kemudian Buddha menjelaskan Dhamma sebagai pengetahuan bagi seluruh Mahluk, dan menyadari Anicca, kelak setelah Maha Pari Nibbana, Organisasi Sangha dibangun sebagai penjaga Dhamma, Ladang jasa tiada tara bagi umat manusia, juga sebagai kewajiban umat untuk melatih diri hingga mencapai Nibbana

Setiap kita merenungi hal ini maka keyakinan kita akan bertambah dan pikiran kita dipenuhi sifat bakti, karena itu mereka yang menjunjung tinggi Tri Ratana akan dijauhi Lobha Kusala Citta (Keserakahan pada kebajikan yang mengharapkan pahala) Setiap tindakannya selalu penuh dengan rasa syukur dan terima kasih atas penebusan 4 Asankheyya Kappa dan 100 Maha Kappa dari Buddha....Itu sebabnya kita selalu berkata dalam hati "Tiada yang dapat menyamai Buddha"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar