Translate

Selasa, 27 Oktober 2015

BODHISATVA AVALOKITESVARA



Sudah ribuan tahun yang lalu Bodhisatva Avalokitesvara ingin turun ke dunia menyadarkan manusia.

Di tengah-tengah perbatasan China dan India, yang masuk wilayah orang India, ada satu raja bernama Mia Chuang, dia punya 2 anak perempuan, Miau Ing dan Miau Siang.
Raja menginginkan satu anak laki-laki untuk gantinya duduk menjadi raja, tapi bagaimana bisa, rajapun bercerita kepada para mentri-mentrinya.

Si Mentri menjawab, di gunung Himalaya ada satu malaikat yang sangat sakti dan angker, cobalah baginda meminta bantuan malaikat Himalaya ini.
Begitulah raja menyetujui dan akhirnya dia dan permaisuri ciak cai (vegetarian) selama 40 hari dan menyuruh 500 bikhu ke gunung Himalaya untuk membaca kitab suci 40 hari juga. Sudah 40 hari, raja dan permaisuri pergi ke gunung Himalaya itu untuk berdoa, setelah berdoa mereka pulang.

Malaikat di gunung Himalaya itu lapor kepada raja langit dewacan, raja dewacan tanya kepada malaikat Himalaya itu, bagaiamana perbuatan raja Miau Chuang itu, dijawab malaikat Himalaya, bagi sekarang ini perbuatannya baik, cuma hidup yang lalu perbuatannya jahat, akhirnya si raja dewacan menyuruh malaikat Himalaya memohon kepada Buddha, sesudah itu tak lama kemudian permaisuri hamil.

Buddha tahu, bahwa di India orang-orang kurang baik, maka akan diutus Bodhisatva Avalokitesvara untuk menolong manusia.
Di waktu kelahiran Bodhisatva Avalokistevara terlihat pelangi 3 warna dan suara musik yang merdu sekali. Akhirnya permaisuri melahirkan seorang anak perempuan lagi, yang diberi nama Miau San.

Beberapa tahun kemudian tiba waktunya anak-anak Miau Chuang untuk menikah, si Miau Niang mendapat jodoh seorang jendral dan si Miau Siang mendapat jodoh mentri, keduanya telah menikah sekarang.
Kehidupan Miau San di istana pendiam dan sangat baik hati, luar biasa baiknya sampai pekerja istana semua dipandang sama rata, sejak kecil tidak makan ikan (ciak cai).
Aku akan pilihkan mantu yang baik dan tampan bagi Miau San kebetulan ada seorang anak mentri, kata sang raja. Tapi Miau San menolak tawaran papanya, dia mengatakan aku melihat hidup di dunia ini seperti sandiwara saja, aku tidak mau menikah supaya aku tidak menambah belenggu aku ingin bebaskan belenggu.
Orang tua Miau San sangat marah, lalu menjawab orang hidup harus bnisa punya nama baik, dihormati orang, dan mendapat turunan. Sang ibu juga mengatakan kalau tidak mau ya sudah jangan dipaksa siapa tahu beberapa waktu mendatang si Miau San mau.

Miau San akhirnya dicarikan jodoh lagi, tapi tidak mau juga, sampai beberapa kali dicarikan si Miau San tetap menolak.
Akhirnya papanya sangat marah, dia mengatakan, aku ini seorang raja, seluruh rakyat tunduk padaku tidak ada yang membangkang perintah raja, malah anak sendiri yang membangkang perintahku, bagi seorang yang membangkang raja, akan dipotong kepalanya, maka aku perintahkan untuk memotong kepala Miau San. Begitu mendengar perintah ini, sang ibu dan kakak-kakaknya juga para mentri minta ampun supaya mencabut lagi perintah sang raja, akhirnya seorang mentri senior mengatakan sebaiknya Miau San dikurung dalam sel di rumah batu yang dingin saja tidak perlu potong kepala. Akhirnya sang raja menyuruh memasukkan ke dalam rumah batu yang dingin.

Dalam rumah batu yang dingin itu, Miau San sendirian, dan diapun tiap malam bersembahyang dan mengatakan pada Buddha, sang Buddha aku ini ingin menjalankan kesucian tapi aku dikurung dalam rumah batu yang dingin ini, bagaimanakah caranya?.
Sang Buddha mengetahui semua, maka dikirim seorang Bodhisatva untuk mengajari membaca kitab suci, malah si Miau San tambah senang dan sudah setengah tahun lamanya dia dikurung di situ.
Akhirnya papanya menyuruh Miau San keluar dan ditanya apa sudah mau turuti perintah untuk kawin. Dijawab Miau San TIDAK, papanya tambah marah, seketika itu mau dibunuh tapi dihalangi oleh pengawalnya.

Mentri senior memberi nasehat untuk mengirim Miau San ke klenteng burung putih, supaya bisa dianjuri untuk kawin. Akhirnya si Miau San dikirim ke klenteng burung putih. Tapi sebelumnya Raja mengirim seorang pengawalnya untuk memberitahukan kepada kepala bikhuni bahwa maksud Miau San datang ke kleteng burung putih bukan untuk jadi biksuni tapi disuruh membujuknya supaya secepatnya mau menikah.

Miau San pun sudah di kleteng burung putih sekarang, di klenteng tersebut bikhuni tidak bisa membaca kitab suci dan semedi, malah Miau San yang mengajari, akhirnya Miau San tambah senang di klenteng itu. Sampai satu tahun lamanya, raja bertanya apa sudah mau, dijawab kepala bikhuni sekarang masih belum bisa, rajapun marah-marah dan menyuruh Miau San kerja paksa supaya tidak senang di klenteng itu dan mau pulang untuk kawin.

Maka si Miau San dipanggil oleh kepala bikhuni, disini kamu bukan hanya tidur dan makan saja, maksudnya tiap hari kamu harus memasak makanan untuk 500 bikhuni, kalau tidak bisa disuruh pulang atau kawin.
Malam harinya si Miau San memohon pada Sang Buddha, dalam doanya Miau San berkata, aku ini ingin menjalankan kesucian tapi sekarang aku disuruh memasak makanan kepada 500 bikhuni tiap hari, mohon Buddha memberi jalan.
Buddhapun langsung memerintah pada dayang bumi (Do Te Kong) untuk membantu Miau San, akhirnya istri Dayang Bumi bagian masak memasak, macan membatu angkut kayu, naga membuat sumur air, burung ambil buah-buah dan sayur, setan-setan ambil beras, semua dewa dan malaikat membantu tidak sampai 2 jam semuanya beres, sampai-sampai kepala bikhuni dan bikhuni lainnya kaget. Dan akhirnya itupun berlangsung sudah setengah tahun.

Lalu papanya tanya lagi, dijawab kepala bikhuni kalau Miau San ini anak hebat yang disuruh raja semua bisa dilaksanakan, saya tidak bisa berbuat apa-apa supaya dia mau kawin, rajapun sangat marah dan menyuruh jendral Wi To (membawa pentung sebagai pengawal buddha) membawa tentara dan panah dipasang api, dan tidak boleh ada satupun bikhuni yang hidup, klenteng dan bikhuni semua harus dimusnahkan.

Si kepala bikhuni sangat ketakutan dan mengatakan pada Miau San kamu ini seperti bintang sapu, sejak ada kamu di sini semua memang gembira tapi sekarang kami semua akan jadi panggang ayam. Miau San memohon pada Buddha, ini semua gara-gara aku, seharusnya aku saja yang mati, memohon supaya 500 bikhuni bisa ditolong.
Seketika itu, Miau San mengambil tusuk kondenya lalu ditusukkan ke lidahnya, begitu ditusuk darah dari lidah Miau San muncrat menjadi hujan merah setengah jam lamanya, akhirnya api tak bisa membakar klenteng burung putih dan semua bikhuni selamat.
Begitu selamat, 500 bikhuni mencari jalan keluar lewat pintu belakang, karena dimuka sudah dikepung tentara Wi To, akhirnya 500 bikhuni dan Miau San melarikan diri dari pintu belakang.

Dilihat oleh jendral Wi To, lho kok sepi bukannya di sini ada 500 bikhuni, kemudian dikejar lewat pintu belakang itu.
500 bikhuni berlari-lari terus sampai pada lautan selatan (laut kidul), mereka berhenti disitu, kepala bikhuni mengatakan kepada Miau San baru saja kita selamat dari panggangan ayam sekarang mau masuk ke mulut ikan. Baiklah kata Miau San, kemudian dia memohon pada Buddha, kain yang dikenakannya sepanjang 7 meter dijulurkan ke laut menjadi jembatan 7 km dari pantai ke lauta kidul. kemudian 500 bikhuni melompat ke jembatan itu menyeberangi laut dan terakhir sendiri Miau San, begitu Miau San melompat ke jembatan itu, jembatan itu hilang satu meter, melihat ada Miau San naik jembatan segera Wi To mengikuti naik ke jembatan itu, begitulah Wi To pun selamat berjalan sampai ke lautan kidul.

Sesampai di gunung Nam Hai Bu Do San, jendral Wi To menyembah dan berkata aku telah melihat semua ini, aku terharu dan membuktikan putri Miau San seorang suci, aku sekarang telah mengerti dunia ini palsu, aku ingin ikuti putri Miau San menjadi pengawal untuk menebus dosa-dosaku dan ikut bertapa di gunung ini.
Baiklah jawab putri Miau San, akhirnya bertahun-tahun mereka bertapa di gunung itu.

Kemudian raja sakit keras, semua tabib dan orang pandai diundang untuk menyembuhkan penyakit raja, tapi hasilnya nihil. Tiba-tiba permaisuri di datangi seorang dewa yang mengatakan suamimu bisa sembuh, obatnya adalah sepasang tangan dan sepasang mata anaknya. Si permaisuri langsung menanyakan pada raja, sang raja mengatakan tidak mungkin itu, apa anak-anakku mau. Si permaisuri mencobanya, putri pertama Miau Ing diminta sepasang mata, dijawab putri Miau Ing, kalau mataku diambil khan aku jadi buta, bagaimana bu, jadi dia tidak mau. Terus bertanya pada putri Miau Siang untuk minta sepasang tangan, dijawab kalau sepasang tanganku diambil aku khan jadi kiting dan cacat, dia pun tidak mau. Akhirnya rajapun tahu kalau 2 putri kesayangannya tidak mau, diapun pasrah saja.

Rajapun sambat pada mentri-mentrinya, si mentri akhirnya buka berkata, yang mulia masih ada satu jalan yaitu ada satu anak yaitu putri Miau San yang sekarang di gunung Bu DO SAN, cobalah kita mohon pada dia.
Rajapun bertanya, apalagi putri Miau San, dua putri yang setiap hari disampingku ini saja tidak mau memberi.
Si Mentripun mengatakan, kita coba saja baginda, kalah menang kita coba.
Akhirnya raja memerintah untuk mengambil sepasang tangan dan sepasang mata putri Miau San. Kebetulan sekali waktu melewati ombak di lautan kidul ombaknya tenang, biasanya ombak mencapai satu rumah tingginya, sesampai di tempat putri Miau San, pesuruh raja memberi surat kepada putri Miau San, begitu dibaca selesai, putri Miau San bicara baiklah sekarang mana basi dan pisaunya, pertama-tama yang dilakukan adalah menculek kedua pasang matanya dan menaruh di basi, kemudian dengan pisau membacok kedua tangannya seketika jatuh di basi, seketika itu alam bergoncang (horek), terlihat ribuan pasang mata dan ribuan pasang tangan dari Buddha-buddha dan bodhisatva juga dewa-dewa dan malaikat diberikan pada putri Miau San, begitulah akhirnya putri Miau San menjadi Kwan Se Im Pu Sat dengan seribu mata dan seribu tangan yang menambah sakti. Dia juga berpesan pada papanya di waktu itu aku akan pulang ke istana, sekarang masih belum bisa.

Sesudahnya mata dan tangan Miau San dibawa pulang ke raja, sang raja melihat sangat terharu dan kaget, dan berkata dua putri kesayanganku yang tiap hari disampingku tidak mau memberi mata dan tangannya, malah putriku yang aku buang dan mau aku bunuh mau memberikan kedua mata dan kedua tangannya, aku tidak sampai hati memakannya. Seketika itu di angkasa terdengar suara: mata dan tangan tidak perlu dimakan, kebaktian anakmu ini saja cukup bisa mengobati kamu, begitu suara itu hilang, mata dan tangan hilang kembali ke lautan kidul dan penyakit papanya hilang dan papanya sehat kembali.

Melihat ini papanya terharu dan menyuruh Miau San kembali ke istana, tapi dijawab Miau San, nanti aku akan pulang, sekarang masih belum bisa.

Beberapa tahun kemudia raja mendadak koma dan terserang sakit keras lagi, rohnya masuk ke neraka, raja neraka memberi tahu kalau akan dilahirkan kembali menjadi sapi, saat itulah putri Miau San pulang, dan putri Miau San datang ke raja neraka, begitu kedatangn putri Miau San, seluruh neraka menghormati dan sujud kepadanya, lalu berkata roh suci datang ada apa?, putri Miau San berkata, aku minta tolong pada raja neraka untuk membebaskan papaku dari siksaan neraka dan tidak dilahirkan menjadi sapi, raja neraka menyahut, baiklah semua diserahkan pada tamu suci, aku akan membebaskan dan akhirnya raja hidup kembali.

Raja yang hidup kembali, lalu dikotbah oleh putri Maiau San, dan akhirnya sudah mengerti semua, lalu dia mau menjalankan kesucian, sampai si waktu mati dia mencapai ke alam dewacan, putri Miau San kembali ke alam dewacan dan menolong papanya kotbah di alam dewacan dan papanya bisa mencapai tingkatan arahat.

Begitu Miau Siang, kakak kedua putri Miau San, melihat tangan dan mata Miau San dia terharu dan ikut juga menjalankan kesucian dan akhirnya menjadi buddha, bila melihat di klenteng-klenteng selalu terlihat bersama, putri miau san menjadi Bodhisatva Avalokitesvara dan putri Miau Siang menjadi Bodhisatva Tamansamaprata.

Si kakak putri Miau Ing, juga akhirnya sampai menjadi buddha, ibu Kwan Im juga ditolong. Akhirnya semua menjadi buddha, jadi ada satu bukti dari putri Miau San semua menjadi percaya dan mau menjalankan kesucian dan mencapai Buddha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar