Translate

Selasa, 27 Oktober 2015

Buah Karma

Bila Karma Buruk Telah Berbuah, Memohon Ke Langit, Langit Tak Mendengar

Bila Karma Buruk Telah Berbuah, Mengeluh Ke Bumi, Bumi Tidak Peduli

Kepada Siapa Aku Harus Berpaling?

Hanya Buddha Dharma Satu-Satunya Jalan

Mengubah Samsara Menjadi Nirvana

Menciptakan Hidup Yang Baru Dalam Dharma

Dalam Syair di atas, kita bisa mengerti bahwa ketika buah karma kita telah tiba, kita tidak akan bisa menghindarinya. Baik atau buruk karma yang telah kita lakukan pasti kita akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan perbuatan kita.

Ada sebuah cerita di dalam Dhammapada Atthakatta tentang seorang upasaka yang bernama Mahakala, dia telah melakukan kebajikan tetapi ketika karma buruk nya datang dia tetap tidak bisa menghindarnya. Ceritanya seperti ini :

Pada suatu hari uposatha, Mahakala pergi ke Vihara Jetavana. Hari itu ia melaksanakan delapan peraturan moral (athasila) dan mendengarkan khotbah Dhamma sepanjang malam. Pada malam hari itu juga beberapa pencuri masuk menyusup ke dalam sebuah rumah. Pemilik rumah terbangun dan mengejar para pencuri. Pencuri-pencuri itu berlarian ke segala arah. Beberapa pencuri berlarian ke arah vihara. Mereka berlari mendekat vihara. Pada saat itu Mahakala sedang mencuci muka di tepi kolam dekat vihara. Pencuri-pencuri itu meninggalkan barang curiannya di depan Mahakala dan kemudian mereka berlari pergi. Ketika pemilik barang tiba di tempat itu, mereka melihat Mahakala dengan barang curian. Mengira bahwa Mahakala adalah salah seorang pencuri, mereka berteriak ke arahnya, mengancamnya dan memukulnya dengan keras. Mahakala meninggal dunia di tempat itu. Pada pagi harinya, ketika beberapa bhikkhu muda dan samanera-samanera dari vihara pergi ke kolam untuk mengambil air, mereka melihat mayatnya dan mengenalinya.

Sekembali mereka ke vihara, mereka melaporkan hal yang dilihatnya kepada Hyang Buddha. “Bhante, seorang upasaka di vihara yang telah mendengarkan khotbah Dhamma sepanjang malam ditemukan telah meninggal dunia secara tidak pantas”.

Kepada mereka Hyang Buddha menjawab, “Para bhikkhu, jika kalian hanya mengetahui perbuatan baik yang telah ia lakukan pada kehidupan saat ini, tentunya ia tidak akan ditemukan meninggal dunia secara tidak layak. Tetapi kenyataanya, ia harus menerima akibat perbuatan jahat yang telah ia lakukan pada kehidupan lampaunya. Pada salah satu kehidupan lampaunya, ketika ia sebagai salah seorang anggota istana kerajaan, ia jatuh cinta pada istri orang lain dan memukul suami wanita tersebut sehingga suami itu meninggal dunia. Oleh karena perbuatan jahatnya, pasti akan membuat seseorang menderita, bahkan dapat mengakibatkan kelahiran kembali dalam salah satu dari empat alam penderitaan (apaya)“.

Apa yang kita bisa ambil dari cerita di atas? Salah satu hal yang bisa kita ambil makna dari cerita di atas adalah kita harus sering-sering melakukan suatu kebaikan, kita harus mengurangi setiap perilaku kita yang bisa menimbulkan hal yang tidak baik. Karena sudah jelas sekali bahwa setiap perbuatan walau sekecil apapun juga pasti akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan perbuatannya. Seseorang yang sering mencuri pasti akan mendapatkan hasil yang setimpal, seseorang yang sering sembahyang pasti akan mendapatkan hasil yang setimpal, begitu pula dengan seseorang yang sering berdana pasti akan mendapatkan hasil yang setimpal. Jangan pernah berpikir kalau perbuatan kita tidak akan berbuah, walaupun sekecil apapun perbuatan itu pasti akan mendapatkan hasil yang setimpal. Misalnya apabila kita selalu tersenyum ketika bertemu dengan orang lain, maka kita akan di sukai oleh orang-orang yang ada disekitar. Hanya karena tersenyum kita bisa mendapatkan hasil yang baik apalagi kita melakukan hal yang lebih dari sekedar senyuman.

Tentu untuk melakukan perbuatan bajik penuh dengan kesulitan, tetapi apabila kita sudah yakin dengan perbuatan kita maka kita tidak akan mundur dalam melakukan perbuatan yang baik dan tentu saja kita kurangi setiap perbuatan kita yang tidak baik.

Guru Buddha bersabda di dalam Anguttara Nikaya Bagian 13 mengenai Tinggalkanlah kejahatan. Beliau mengatakan  Tinggalkanlah kejahatan, O para bhikkhu! Para bhikkhu, manusia dapat meninggalkan kejahatan. Seandainya saja manusia tidak mungkin meninggalkan kejahatan, aku tidak akan menyuruh kalian melakukannya. Tetapi karena hal itu dapat dilakukan maka kukatakan, “Tinggalkanlah kejahatan!” Demikianlah Saudara, Buddha telah memberikan penjelasan kepada kita bahwa kita bisa meninggalkan semua hal yang buruk di dalam diri kita, kita bisa mengurangi perbuatan buruk dalam diri kita, kita bisa meminimalkan perbuatan buruk yang ada dalam diri kita. Apakah itu saja cukup? Tentu tidak, selain itu kita harus sering melaksanakan perbuatan yang baik.

Pada kesimpulannya kita harus mengurangi setiap perbuatan buruk yang akan kita lakukan dan menambah perbuatan-perbuatan bajik yang bisa membuat kita bahagia karena di dalam Dhammapada bagian Atta Vagga syair 161 mengatakan bahwa :

Kejahatan yang dilakukan oleh diri sendiri, timbul dari diri sendiri disebabkan oleh diri sendiri, akan menghancurkan orang bodoh, bagaikan intan memecah permata yang keras.

Kita tentu tidak ingin menjadi orang yang bodoh, orang yang selalu berbuat kesalahan karena hal itu hanya akan menambahkan penderitaan kita yang baru. Kita harus selalu menjadi orang yang penuh kesadaran dalam setiap hal.

Sadhu…..Sadhu….Sadhu……i

Tidak ada komentar:

Posting Komentar