Translate

Jumat, 23 Oktober 2015

Nan hua zheng jing bab 4



Bab 4 : mimpi dan kenyataan

Ayat 1 : mimpi sang pertapa

Chang wu zi sang petapa bertanya kepada qu que sang bijak :
Pemimpin sering tidak sadar ia bermimpi dan dalam mimpinya itu ia bertanya kepada dewa tentang nasibnya. Ia tahu bahwa ia hanya bermimpi ketika bangun.

Qu que menjawab :
Hanya orang yang diterangi, yang tahu bahwa hidup adalah mimpi besar dan orang bodoh mengira mereka diterangi.

Chang wu zi berkata : kamu dan saya bermimpi, bahkan ucapanku bahwa kau bermimpi adalah dalam mimpi.

Hanya mereka yang ragu ( bukan binggung ) dapat diterangi, orang bodoh selalu mereka diterangi, sehingga mereka terkecoh dalam analisis akhir. Orang yang paling merasa paling seorang pemimpi dan ia akan bangun, tetapi ia sedang bermimpi ia berada ditengah-tengah orang lain tetapi ia merasa kesepian. Ia tidak dapat membedakan khayalan dan kenyataan, serta kenyataan dan khayalan. Bila ini terjadi orang tersebut akan berkata ia suka dan mau orang itu, tetapi ketika orang yang disukai datang ia menunjukkan sikap tidak mau. Jadi tidak ada hubungan dikatakan ada hubungan, tak berhubungan tetapi merasa sudah menjadi miliknya. Ia tidak melihat kenyataan bila tak ada kemajuan, tetapi ia sudah berpikir ada kemajuan yang sangat besar. Inilah penyakit kejiwaan yang terbanyak.

Ayat 2 : dialog antara bayangan

Zhuang zi berkata :
Wang ling adalah bayangan dari bayangan. Suatu hari ia memanggil tuannya. Kamu selalu berjalan, berhenti, duduk dan berdiri kenapa ?

Tuannya berkata :
Karena aku bergantung pada sesuatu, aku tak bisa apa-apa. Ular bergantung pada sisiknya untuk meluncur, jangkrik bergantung pada sayapnya untuk terbang.
Tapi begitu mereka mati, mereka tak dapat terbang / meluncur dengan sisik dan sayap itu.

Hukum alam adalah hukum perubahan tanpa penguasa / rakyat permanen. Untuk menjadi bagian dari alam, kita tidak dapat bergantung pada apapun. Ini juga berlaku pada manusia, bila ia bergantung pada seseorang dan hanya mempercayai dan tak mempercayainya hatinya serta tak mau belajar tentang kehidupan dan baik buruk manusia, maka ia akan hidup merana dan sangat kehilangan bila orang itu tiada. Umur manusia tidak ada yang dapat menduga dan memperkirakannya, bila seseorang hidup hanya menggantungkan hidupnya dan berpikir ia akan dilindungi terus-menerus maka ia takkan dapat dewasa.

Ayat 3 : mimpi zhuang zi tentang kupu-kupu

Suatu senja zhuang zi bermimpi menjadi kupu-kupu. Sambil mengepakan sayapnya merasa seperti kupu-kupu dan sangat senang. Pada saat itu ia lupa sama sekali bahwa kupu-kupu itu adalah dirinya sendiri, jadi apakah zhuang zi yang menjadi kupu-kupu / sebaliknya.

Zhuang zi bisa menjadi kupu-kupu dan kupu-kupu bisa menjadi dirinya. Itu terjadi karena pikiran zhuang zi sendiri. Orang bisa merasa paling hebat dan dibutuhkan, orang bisa merasa dirinya paling baik dan cantik, tetapi ini semua hanya dalam pikiran orang lain. Bila ia tidak mau tahu bagaimana penilaian orang lain dan tak mau mengenal diri sendiri maka ia bagaikan zhuang zi yang menjadi kupu-kupu.

Ayat 4 : tiga di siang hari dan empat di malam hari

Seorang pengasuh monyet memberi monyet-monyetnya kacang.
Suatu hari ia berkata pada monyetnya :
Misalnya kuberi kalian tiga liter kacang dipagi hari dan empat liter dimalam hari ? Para monyet itu protes dan tak mau.

Pengasuh monyet itu berkata lagi :
Kalau begitu akan kuberikan empat liter dipagi hari dan tiga liter dimalam hari. Para monyet itu mau.

Sebenarnya tiga liter kacang dipagi hari dan empat liter dimalam hari sama dengan  empat liter dipagi hari dan tiga liter dimalam hari. Tapi itu merubah perasaan monyet tersebut. Apakah kita manusia membuat kesalahan yang sama seperti monyet ? Pikirkan baik-baik.

Ayat 5 : hui shi bersandar pada payung china ?

Hui shi terkenal dengan kepandaiannya berpidato dan sering terlibat dalam perdebatan sepanjang hidupnya. Bila ia merasa lelah setelah berdebat, ia akan bersandar dipohon payung china untuk beristirahat.
Suatu saat ketika bersandar dipohon ia menyadari bahwa perdebatan itu tak penting. Lalu ia berhenti melakukan kegiatan itu.

Apakah kamu menang dengan mengalahkan lawanmu melalui kepandaian bicara ?
Pikiran bahwa kamu berhasil membuatmu gagal. Jadi sia-sialah orang yang suka berdebat dan berbicara, tetapi sebenarnya ia tak tahu dimana yang benar dan mana yang salah, tetapi apapun yang dikatakan dan dibicarakan tak akan menang dengan kenyataan yang terjadi.

Ada pepatah yang berkata :
Lidah tak bertulang, kenyataan tak dapat dipungkiri. Alasan bisa dicari, bukti bisa ditutupi, tetapi kebenaran adalah kebenaran, kenyataan adalah kenyataan. Dengan bukti dan kenyataan kita dapat menilai seseorang, orang yang menyembunyikan dirinya dan membuat kenyataan palsu jangan menyalakan orang yang menilainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar