Translate

Senin, 19 Oktober 2015

Karma menjelang Kematian
( Assana Karma )

Bagaimana seorang putra dapat membantu ayahnya memperoleh kelahiran membahagiakan.

~ sona thera menetap dibukit sona disrilanka, mencapai tataran arahat dengan perjuangan yang beliau lakukan, tetapi ayahnya berprofesi sebagai pemburu meskipun usianya telah lanjut. Hanya ketika dia sudah terlalu lemah untuk berburu, maka dia pun menjadi bhikkhu divihara anaknya. Segera, bhikkhu tua tersebut jatuh sakit serius, dia melihat anjing besar dengan mata merah dan gigi yang tajam menaiki bukit untuk menggigit dia. Dia sangat ketakutan dan berkata kepada anaknya, putraku, anjing besar naik keatas bukit untuk menggigit saya, usir mereka. Sona thera adalah seorang arahat, dia mengetahui ayahnya mengalami nimita ( bayangan karma ) menjelang kematian ayahnya, tanda tanda untuk terlahir dialam neraka terlihat sebagai konsekwensi karma buruk yang dilakukan oleh orang tuanya. Sona thera meminta umat menumpulkan bunga dan menaburnya dipagoda diatas bukit. Kemudian mereka membawa bhikkhu tua tersebut berikut dengan ranjangnya menuju pagoda tersebut.  Ayahku, yang saya hormati, berilah hormat kepagoda, kita mempersembahkan bunga kepada pagoda atas nana ayah. Bergembiralah dengan mempersembahkan bunga tersebut kepada sang buddha. Bhikkhu tua tersebut memberi hormat kepada pagoda. Beliau juga bergembira dengan memberikan bunga tersebut. Nimita ( bayangan karma ), menjelang kematiannya pun berubah. Anakku, ibu tirimu yang sangat cantik memanggil saya untuk mengikuti mereka, haruskah saya pergi bersamanya ? Silahkan ikuti mereka ayah. Putra tersebut mengetahui bahwa gadis gadis surgawi yang datang menjemput ayahnya. Beliau sangat bergembira, usahanya untuk mencegah ayahnya terlahir dialam menyedihkan berhasil.

~ karma yang aneh dari seorang wanita penjaga pot air. Bhikkhu janakabhisava menuturkan cerita dari wanita penjaga pot air ( bernama sayadaw ). Pada pembabaran dhamma, wanita tersebut berasal dari kota amarapura, dia sangat kaya dan memiliki keyakinan teguh pada ajaran sang buddha. Dia mendirikan vihara dan mendonasikan kepada ketua bhikkhu. Jika musim panas, air akan sangat langka diamarapura. Jadi dia membuat depot air pada persimpangan jalan kota, sehingga dia dikenal sebagai wanita penjaga pot air. Dia meninggal pada usia tua. Ketua bhikkhu memimpin prosesi pelaksanaan dan pelimpahan kebajikan kepada almarhum. Di adakan juga acara menyediakan makanan bhikkhu pada hari ketujuh kematian almarhum. Ketua bhikkhu membabarkan dharma lagi. Pada perjalanan pulang, beliau mendengar seseorang memanggil, yang mulia, yang mulia. Dia mengenali suara tersebut sebagai suara penjaga pot air. Lalu beliau pun bertanya, apakah wanita penjaga pot air. Ya, yang mulia, terdengar jawaban, hingga ketiga kalinya ketua bhikkhu menanyakan pertanyaan tersebut. Dia pun menjawab dengan suara pelan. Saya kini adalah seorang peta ( hantu ), yang mulia.

Kenapa kamu bisa menjadi seorang peta, bukankah kamu telah melakukan banyak hal baik. Saya khawatir terhadap putri dan cucu perempuan saya ketika mereka menangis sebelum kematian saya. Pada saat menjelang kematian adalah sangat penting untuk mengembangkan pikiran baik dan mengingat pikiran baik. Mereka tidak seharusnya menangis didekat orang akan meninggal. Karena orang tua akan merasa khawatir terhadap putra putrinya ; apakah anak anak akan baik saja jika saya meninggal nanti ?. Kekhawatiran berakibat pada pengembangan dosa citta ( citta = pikiran / kesadaran ), kemelekatan pada anak berakibat pada pengembangan lobha citta.

Pikiran tersebut menjadi penentu kelahiran berikutnya sehingga dia menjadi peta. Hantu tersebut berkata : saya tidak berkesempatan mendengar dhamma disaat pengkremasian. Peta perempuan yang merupakan teman baru saya, membawa saya keatas bukit diatas air terjun, yang mulia. Tujuan membawa dia kebukit diatas air terjun adalah agar dia tidak berkesempatan mendengar dharma, maka perbuatan baik dapat berfungsi sebagai penghancur, menyebabkan akhirnya kehidupan dialam menyedihkan dan mengakibatkan kelahiran baru dialam menyenangkan.

Tetapi saya tidak dapat mendengarkan dharma anda hari ini, yang mulia. Saya juga menerima pelimpahan jasa kebaikan dari putra putri saya, sehingga saya berkesempatan untuk menuju alam menyenangkan. Saya akan pergi yang mulia. Suara peta tersebut pun menghilang. Jika kita dapat memanfaatkan karma baik tersebut, kita dapat menuai manfaat yang luar biasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar