Translate

Rabu, 21 Oktober 2015

Lanjutan Sakka Panha Sutta

Sakka tahu jawaban dari pertanyaannya. Ia menanyakan hal ini sebagai pembuka atas pertanyaannya tentang perbedaan-perbedaan mereka.

Sang buddha menjawab pertanyaan sakka sebagai berikut, "o sakka, di dunia ini orang-orang tidak memiliki tingkah laku yang sama. Mereka menggungkapkan cara pandang yang salah. Tapi mereka tetap berpegang erat pada pandangan salah yang menyenangkan hatinya".

"Mereka berkeras kepercayaannya saja yang benar senentara yang lainnya salah. Hal ini terjadi karena kefanatikannya atas ajaran salah yang berpegang pada konsep diri. Orang-orang yang menggangap dirinya suci ini memiliki cara pandang berbeda-beda. Mereka juga memiliki sistem moral, keinginan dan tujuan hidup yang berbeda-beda pula", demikian sang buddha menhelaskan.

Tujuan tertinggi

Sakka sangat senang dengan jawaban-jawaban sang buddha. Kemudia sakka mengajukan pertanyaan lain, "yang mulia, apakah orang-orang yang sering disebut samana- brahmana benar-benar telah meraih tujuan tertinggi?"

"Apakah ada akhir yang benar-benar nyata untuk yoga mereka? Apakah mereka hidup secara bersih dan suci? Apakah mereka meyakini dhamma sejati?"

Apa yang disebut dengan tujuan terakhir dan tertinggi dari yoga, iccantayogakekhami, dan dhamma sejati. Iccantayogasana, merujuk pada nibbana. Kehidupan suci yang dimaksud adalah jalan para ariya dan praktek vipasanna. Dengan kata lain, dengan mengajukan pertanyaan diatas, sakka sebenarnya bertanya kepada sang buddha apakah para petapa dan brahmana mempraktekkan vipasanna dan delapan jalan utama? Serta, apakah mereka meraih nibbana?

Sang buddha menjawab pertanyaan sakka dengan kalimat lain berikut ini. Menurut sang buddha, hanya para bhikkhu dan orang-orang yang telah terbebas melalui praktek empat kesunyataan mulia yang mampu memadamkan kerinduan dan kemelekatan. Mereka berhasil meraih tujuan tertinggi dan mengakhiri yoganya. Mereka inilah orang-orang yang hidup dengan kehidupan suci dan mengenal dhamma sejati.

Para bhikkhu yang dimaksud sang buddha disini terdiri dari para buddha, pacekabuddha dan arahat. Singkatnya mereka semua arahat. Para arahat telah menyempurnakan yoganya ( asava: bias, prasangka, purbasangka, konsep "aku" ) yang meyebabkan kelahiran kembali. Arahat adalah orang yang telah mencabut akar-akar yoga. Mereka telah meraih tujuan terakhir dan dhamna tertinggi.

Suatu kali sang buddha pergi kehadapan brahma baka ( alam brahma ). Brahma ini bertanya apa yang dimaksud surga yang kekal? Sang buddha mengatakan kepadanya untuk tidak menyimpan khayalan tentang kekekalan dan tidak memiliki kerinduan tentang bentuk kehidupan apapun.

Sang buddha berkata, "setelah melihat sisi buruk dari semua jenis kehidupan, apakah itu kehidupan dialam manusia, dewa, brahma atau jutaan kehidupan kelas bawah, saya tidak mengidamkan jenis kehidupan apapun tapi mencelanya."

Setiap kehidupan adalah subjek penderitaan. Penderitaan yang amat ekstrim dialami makhluk-makhluk dunia bawah ( alam binatang, peta dan lain-lain ). Sementara kehidupan manusia mempunyai sisi buruknya karena pasti mengalami usia tua, sakit dan kematian.

Para dewa menderita karena hasrat-hasrat indrawinya yang tidak terpuaskan. Hal ini bisa menimbulkan rasa frustasi. Penderitaan dirasakan pula oleh para brahma. Brahma adalah pelayan dari pikiran. Karena, mereka selalu dipenuhi rencana yang sering berubah ubah tiada akhir.

"Saya telah melihat sisi buruk bentuk kehidupan. Saya pun telah melihat kehidupan dari pihak-pihak yang tidak menginginkannya serta orang-orang mencari pemandangannya." demikian sang buddha menjelaskan.

Beberapa orang bijak mulai bertapa dan mencari jalan pembebasan setelah melihat sisi buruk setiap kehidupan. Tapi, mereka tidak tahu jalan pembebasan akhir. Mereka pun tidak tahu adanya delapan jalan utama yang akan membawa kebebasan.

Para pertapa ini hanya mengerti tentang jhana, tingkat-tingkat konsentrasi, yang bisa membuat pikiran tenang dan terpusat. Beberapa dari mereka meraih rupa jhana dan percaya bahwa mereka akan memperoleh hidup kekal dialam kehidupan rupavacarabrahma, salah satu tujuan dari jhana. Bagi petapa lain kehidupan kekal bisa ditemui dialam asanna. Asanna dianggapnya sebagai kediaman tanpa persepsi dari alam rupavacara. Sementara bagi yang lain hal ini bisa dinikmati hanya dialam arupavacara.

Berseberangan dengan harapan ini, para yogi yang telah berhasil meraih jhana tidak hidup kekal dialam brahma. Setelah meninggal dari alam ini mereka akan turun ke alam panca indera sebagai dewa atau manusia. Ditempat terakhir ini mereka akan meninggal dan terlahir sebagai makhluk baru sesuai dengan karmanya. Sebagai akibat buruknya, bisa jadi mereka menemukan dirinya terlahir lagi dialam-alam tingkat rendah.

Orang-orang ini tidak memperoleh cara memadamkan lingkaran kehidupan meski telah mencarinya dengan banyak cara. Mereka terus terikat pada penderitaan. Karenanya sang buddha mencela setiap jenis kehidupan.

Kehidupan baru mengacu pada keterikatan terhadap hidup itu sendiri. Keterikatan ini ( tanha ) sama dengan kamayoga ( prasangka indra ) dan prasangka pada kehidupan. Sang buddha telah berhasil mencabut keterikatan ini.

Menurut kitab komentar, ada 14 pertanyaan yang diajukan sakka. Tertulis disana sakka sangat puas dengan jawaban-jawaban sang buddha.

Setelah memberi hormat sekali lagi sakka menyatakan pandangannya tentang tanha yang tersurat pada pertanyaan berikut:
"yang mulia, tanha yang aktif adalah suatu penyakit. Ia seperti anak panah atau sebuah bisul didalam daging. Ia merusak makhluk hidup hingga mereka harus hidup dalam penderitaan".
"Tanha bersifat aktif. Sifatnya suka merindukan ini dan itu. Ia terikat pada dirinya sendiri, pada obyek menyenangkan dan keinginan menikmatinya dalam waktu lama".
"Seperti sehelai daun tertiup angin. Daun itu tidak pernah beristirahat. Ia terbang kemana-mana. Ia selalu sibuk, lapar dan rakus. Tanha adalah penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan. Tapi tidak terlalu akut untuk bisa menyebabkan kematian secara tiba-tiba. Tanha membuat seseorang takluk ketika ia terpuaskan. Tapi tanha sendiri tidak pernah puas seberapa banyak pun ia diberi makan dengan obyek-obyek indra yang disukainya. Tanha rindu obyek indra yang disukainya dan ingin menikmatinya lagi dan lagi".
"Tanha begitu menakutkan dan menjijikkan. Ia seperti sepotong duri dalam daging. Sepotong duri dalam daging tersembunyi rapi sehingga kita tidak bisa melihat keberadaannya. Kita sulit melepaskannya sehingga tetap menimbulkan rasa sakit."
"Begitu pula sangat sulit menyingkirkan tanha yang selalu mengganggu kita. Kita mencemaskan obyek-obyek yang diingini sehingga tidak dapat tidur siang dan malam. Karena keterikatan pada hidup kita terus-menerus berputar-putar dari satu jenis kehidupan ke kehidupan yang lain bergantung pada karma-karma kita".

Setelah mengemukkakan komentar diatas kini sakka terbebas dari semua keragu-raguan. Sebagai akibat tersingkirkan keragu-raguan ini sakka berhasil meraih tingkat kesucian pertama. Dengan ini ia terjamin tidak akan terlahir kembali di alam-alam tingkat rendah setelah kematiannya. Nantinya, ia akan terlahir kembali dalam alam kehidupan yang baik. Dari tempat itu ia bisa meraih tingkat kesucian yang lebih tinggi sampai memperoleh kebebasan akhir.

Kebahagiaan sakka

Setelah sakka meraih tingkat kesucian pertama kebahagiaan terpancar dari dirinya. Sang buddha bertanya apakah ia pernah memiliki jenis kebahagiaan semacam itu sebelumnya?

Sakka menjawab demikian, "yang mulia, sakali waktu saya pernah memiliki jenis kebahagiaan tertentu. Itu terjadi ketika saya keluar sebagai pemenang dalam pertarungan dengan makhluk-makhluk asura. Tapi, kemenangan itu berkaitan dengan senjata. Hal ini tidak ada hubungan sama sekali dengan pelenyapan kekotoran batin. Kemenangan itu tidak membawa tumbuhnya pengetahuan pandangan terang yang khusus atau nibbana. Sementara, kebahagiaan setelah meraih tingkat sotapanna tidak berhubungan dengan senjata apapun. Kebahagiaan ini dipenuhi keyakinan tanpa ada sedikitpun terselip perasaan kecewa. Keadaan ini mengarah pada pandangan terang dan kebebasan akhir".

Kebahagiaan sakka diliputi keyakinan dan enam keberuntungan yang muncul didalam diri, yaitu :

Hal pertama yang membuatnya sangat gembira karena ia telah meraih tingkat kesucian sotapanna. Dimana ia telah terlahir kembali sebagai sakka yang baru. Perhatikan kenyataan ini, karena perbuatan baiknya dimasa lalu pemuda magha terlahir dialam dewa sebagai raja para dewa. Ditempat ini ia memiliki rentang hidup yang panjang. Masa hidup sakka 35 juta tahun manusia. Ketika mengetahui kematiaannya sudah dekat ia mengunjungi sang buddha untuk mendengar dhamma. Saat mendengarkan pembabaran dhamma sakka memperoleh keseimbangan batin positif. Ia terus melanjutkan perenungan sehingga berhasil meraih tingkat kesucian pertama. Melihat kenyataan itu ia merasa berbahagia karena tidak akan terlahir dialam rendah. Sementara, sebagai sakka yang baru ia memiliki peluang hidup 36 juta tahun lagi.

Sakka berkata, "yang mulia, jika melalui praktek benar dari vipassana saya memperoleh sambodhi, saya akan terus bermeditasi lagi agar bisa meraih pandangan terang yang lebih tinggi. Sambodhi yang akan aku raih sebagai makhluk manusia akan menandai akhir dari perwujudanku sebagai manusia".

Setelah meraih tingkat kesucian anagami, sakka akan melewati alam sudhavasa. Nantinya ia akan meraih kearahatan di alam akanittha. Sebagai tambahan keterangan kitab komentar menulis kata sambodhi mengacu pada pengetahuan batin yang diraih para sakadagami.

Sakka berkata, "akanitta dunia, begitulah disebut karena disana para dewa memiliki kekuatan, kekuasaan, panjang usia, dan lain-lain. Mereka adalah dewa-dewa mulia. Saya akan memiliki kehidupan terakhir dialam luar biasa ini".

Akanitta adalah kehidupan tertinggi dialam sudhavasa. Meski penghuninya tetap disebut dewa, faktanya mereka adalah para brahma. Dikatakan setiap brahma disana memiliki banyak pembantu. Jadi sakka akan meraih tingkat kesucian sakadagami dibumi dan anagami dialam dewa. Setelah itu ia akan memasuki aviha. Aviha adalah kediaman paling rendah dialam dewa sudhavasa. Setelah melewati beberapa alam diatasnya, sakka akan menjadi arahat dialam anakittha. Menurut kitab komentar, sakka akan berada dialam brahma selama 31.000 kalpa. Ditempat ini hanya ada dua brahma lain yakni anathapindika sang pedagang dan visakha. Kualitas hidup ketiga brahma ini tidak ada bandingannya dibanding alam lain dalam lingkaran samsara. Jadi, sebab keenam yang membuat sakka bahagia adalah adanya peluang baginya meraih kearahatan dialam anakittha.

Kemudian sakka menyimpulkan seluruh kebahagiaannya dengan kalimat demikian, "yang mulia, hari ini saya memberi hormat kepadamu. Engkaulah sebenar-benarnya buddha. Engkaulah guru sejati yang bisa memberi petunjuk kepada dewa dan manusia untuk kesejahteraan mereka. Engkau tak ada bandingannya".

Setelah itu sakka memberi hormat tiga kali sambil menyebut ,"namo tassa bhagavatto arahatto samma sambudhasa". Arahatto berarti orang yang berjasa mulia. Samma sambuddha berarti seseorang yang "tahu" empat kebenaran mulia secara langsung.

Inilah uraian sakka panha sutta. Sutta ini telah memberi pencerahan bagi banyak makhluk sebagai mana yang terjadi pada sakka dan para pengikutnya. Bagi siapa saja yang mempraktekkan ajaran pasti akan memperoleh pandangan terang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar